Eksotisnya Pohon Pisang
Sebagai backpacker, traveling lebih murah dengan cara independen – tanpa ikut paket tur. Saya tidak suka kalau traveling harus dijatah dengan waktu yang terbatas, ditentukan ke suatu tempat yang belum tentu saya tertarik, belum lagi harus mempunyai toleransi besar terhadap anggota tur lainnya yang sebagian besar menyebalkan gayanya. Namun terkadang ikut paket tur lokal menjadi satu-satunya cara untuk pergi ke suatu tempat karena sudah diorganisir (dan dikomersilkan) oleh pemerintah setempat. Apa boleh buat.
Tahun 2000, saya ikut paket tur 2 hari seharga 165 AU$ ke Fraser Island, Australia, dimana pulau tersebut merupakan the largest sand island in the world yang masuk ke dalam salah satu World Heritage List. Menarik bukan? Namun salah satu acaranya termasuk ke Wanggoolba untuk trekking. Hutan di sana bagus dan tertata, ada trail khusus dibuat dari papan kayu sehingga tidak perlu becek-becekan. Di setiap pohon ada plang yang menerangkan namanya apa, berapa umurnya, pokoknya detil. Sampailah kami di sebuah sungai kecil dimana Tour Guide-nya menerangkan, “This river is famous because it has lots of eels!” Semua orang berdecak kagum dan berebutan untuk memotret belut! Hoi, belut gitu loh! Saya yang bete pun teriak dengan jahilnya, “Humm...eels! So yummy! Makes me hungry!” Ajaib, semua orang mendadak sontak memelototi saya dengan jijiknya! Hahaha!
Besoknya setelah jalan-jalan keliling pulau, terakhir kami dibawa ke Eli Creek dimana promosinya di tempat eksotis ini bisa berenang mengapung di sungai arus. Setelah berlelah trekking, sampailah kami di... got! Yep, ini mah bukan sungai indah seperti gambaran di benak saya, tapi cuman got kecil yang berliku panjang dan dangkal sebatas paha. Banyak banget kayak beginian di Jawa! Namun lagi-lagi semua orang berebutan membuka baju dan nyebur. Saya pun hanya duduk bengong di pinggir ‘got’ sambil memandangi orang-orang yang berenang dan berusaha mendayung pakai dengkul di air berarus yang super dingin. Kasian deh lo!
Belum kapok juga, tahun 2001 saya ikutan tur di Puerto Rico. Kami semua naik bis dan berkeliling tempat wisata di sana, mulai dari melihat benteng bersejarah, berenang di pantai Luquillo, sampai ke trekking di Caribbean National Forest. Di tengah jalan tiba-tiba bis berhenti di belakang halaman rumah orang. Saya bingung, tidak melihat ada obyek wisata apa-apa yang menarik. Lalu si Tour Guide mengatakan, “Now Ladies and Gentlemen, this is ... banana tree!” sambil menunjuk sebuah pohon pisang! Hah? Tololnya, semua orang turun dari bis dan berebutan memotret. Si Guide sampai terheran-heran karena saya tidak turun dan bertanya mengapa saya tidak mau foto-foto. Dengan malasnya saya menjawab, ”Not interested. I have many of them, in my own backyard!”.
Setengah jam kemudian bis berhenti di El Yunque Forrest dimana promosinya ada air terjun dan lagoon yang indah, dan kami dipersilakan turun untuk trekking. Berbekal pengalaman di Australia tahun lalu, saya sebenarnya malas sekali trekking, lagipula saat itu saya sedang memakai ‘sepatu show’ (sepatu tali-tali dengan hak ulekan setinggi 7 senti) yang tidak matching untuk jalan di hutan. Sepanjang jalan saya tidak memperhatikan sekeliling karena fokus menjaga sepatu bermerk yang telah saya beli mahal-mahal. 20 menit kemudian saya tiba di air terjun La Mina Falls yang dibangga-banggakan itu. Tak percaya mata saya membaca plang yang mengatakan bahwa memang inilah tempatnya. Idih! Air terjunnya cuman turun dari tebing setinggi 5 meter, airnya pun hanya ‘terjun’ sedikit alias nyiprat-nyiprat doang, kolam air (butek) di bawahnya juga kecil (inipun mereka sebut ‘lagoon’) dan dikelilingi dengan batu-batu kali di pinggirnya. Benar-benar eksotis, persis kayak pancuran di kampung saya!
Pesan sponsor: Berbahagialah kita sebagai orang Indonesia yang mempunyai keanekaragaman hayati. Mari kita lestarikan dan komersilkan ke turis asing yang tidak pernah masuk hutan dan tidak pernah lihat pohon pisang.
Tahun 2000, saya ikut paket tur 2 hari seharga 165 AU$ ke Fraser Island, Australia, dimana pulau tersebut merupakan the largest sand island in the world yang masuk ke dalam salah satu World Heritage List. Menarik bukan? Namun salah satu acaranya termasuk ke Wanggoolba untuk trekking. Hutan di sana bagus dan tertata, ada trail khusus dibuat dari papan kayu sehingga tidak perlu becek-becekan. Di setiap pohon ada plang yang menerangkan namanya apa, berapa umurnya, pokoknya detil. Sampailah kami di sebuah sungai kecil dimana Tour Guide-nya menerangkan, “This river is famous because it has lots of eels!” Semua orang berdecak kagum dan berebutan untuk memotret belut! Hoi, belut gitu loh! Saya yang bete pun teriak dengan jahilnya, “Humm...eels! So yummy! Makes me hungry!” Ajaib, semua orang mendadak sontak memelototi saya dengan jijiknya! Hahaha!
Besoknya setelah jalan-jalan keliling pulau, terakhir kami dibawa ke Eli Creek dimana promosinya di tempat eksotis ini bisa berenang mengapung di sungai arus. Setelah berlelah trekking, sampailah kami di... got! Yep, ini mah bukan sungai indah seperti gambaran di benak saya, tapi cuman got kecil yang berliku panjang dan dangkal sebatas paha. Banyak banget kayak beginian di Jawa! Namun lagi-lagi semua orang berebutan membuka baju dan nyebur. Saya pun hanya duduk bengong di pinggir ‘got’ sambil memandangi orang-orang yang berenang dan berusaha mendayung pakai dengkul di air berarus yang super dingin. Kasian deh lo!
Belum kapok juga, tahun 2001 saya ikutan tur di Puerto Rico. Kami semua naik bis dan berkeliling tempat wisata di sana, mulai dari melihat benteng bersejarah, berenang di pantai Luquillo, sampai ke trekking di Caribbean National Forest. Di tengah jalan tiba-tiba bis berhenti di belakang halaman rumah orang. Saya bingung, tidak melihat ada obyek wisata apa-apa yang menarik. Lalu si Tour Guide mengatakan, “Now Ladies and Gentlemen, this is ... banana tree!” sambil menunjuk sebuah pohon pisang! Hah? Tololnya, semua orang turun dari bis dan berebutan memotret. Si Guide sampai terheran-heran karena saya tidak turun dan bertanya mengapa saya tidak mau foto-foto. Dengan malasnya saya menjawab, ”Not interested. I have many of them, in my own backyard!”.
Setengah jam kemudian bis berhenti di El Yunque Forrest dimana promosinya ada air terjun dan lagoon yang indah, dan kami dipersilakan turun untuk trekking. Berbekal pengalaman di Australia tahun lalu, saya sebenarnya malas sekali trekking, lagipula saat itu saya sedang memakai ‘sepatu show’ (sepatu tali-tali dengan hak ulekan setinggi 7 senti) yang tidak matching untuk jalan di hutan. Sepanjang jalan saya tidak memperhatikan sekeliling karena fokus menjaga sepatu bermerk yang telah saya beli mahal-mahal. 20 menit kemudian saya tiba di air terjun La Mina Falls yang dibangga-banggakan itu. Tak percaya mata saya membaca plang yang mengatakan bahwa memang inilah tempatnya. Idih! Air terjunnya cuman turun dari tebing setinggi 5 meter, airnya pun hanya ‘terjun’ sedikit alias nyiprat-nyiprat doang, kolam air (butek) di bawahnya juga kecil (inipun mereka sebut ‘lagoon’) dan dikelilingi dengan batu-batu kali di pinggirnya. Benar-benar eksotis, persis kayak pancuran di kampung saya!
Pesan sponsor: Berbahagialah kita sebagai orang Indonesia yang mempunyai keanekaragaman hayati. Mari kita lestarikan dan komersilkan ke turis asing yang tidak pernah masuk hutan dan tidak pernah lihat pohon pisang.