« Home | Don’t Touch the (Women) Dancer! » | Terkutuklah Edinburgh » | C-130, S-58, CN-235, ATR-42, LET 410 UVP-E... » | Taksi, Tram, Bis, atau Ojek? » | Gotham City? » | Menunggu = Makan » | 'Dipalak' di Tabung Kaca Berasap » | Distrik Lampu Merah » | Manfaat Teman (Nemu di) Jalan » | Becak di Landasan Pesawat »

Thursday, September 29, 2005

Percaya website = dideportasi

Saya melihat kalender Mei 2003, aha, minggu depan ada tanggal merah 3 hari dalam 1 minggu - lumayan dengan modal 2 hari cuti bisa dapat 9 hari liburan! Saya pun berencana plesir ke luar negeri bersama ibu saya dan seorang teman berhubung kami bertiga sama-sama impulsif.

Dari hasil nonton ‘Wild on E’ membuat kami tertarik pergi ke Cyprus, sebuah pulau kecil di Eropa dekat dengan Italia. Kami pun sibuk mencari informasi via internet. Sedap, bisa masuk tanpa visa. Lagipula saking kecilnya itu negara sampai tidak ada kedutaan besarnya di Indonesia.

Kami pun terbang naik Emirates, Jakarta - Singapore - Dubai - Larnaca. Sampai di Dubai, kami langsung check-in di konter untuk penerbangan selanjutnya ke Larnaca, ibu kota Cyprus.


Sampai di depan petugas counter, kami ditanya soal visa. Dengan muka bego kami menjawab, “
Do we need visa? We were told that we don’t need visa to get in Cyprus.

No, Ma’am. You need visa to go to Cyprus”, kata si petugas. Waduh, mampus!

No, we don’t. Look at these websites, even the Cyprus Tourist Office said we don’t need visa”, sambil kami memberikan hasil print dari beberapa website.

Website doesn’t guarantee you can get in, but we believe on our system which says you can’t”, jawabnya lagi.

Oh tidak!
Setelah bersitegang sana-sini dan akhirnya merayu-rayu namun apa daya tidak berhasil, kami disuruh duduk di pojokan... sampai semua orang naik pesawat dan kami ditinggal!

Rupanya ada 4 orang lain yang bernasib sama dengan kami. Ibu dan anak asal South Africa, dan sepasang suami istri asal Sri Lanka. Kami pun berbincang-bincang. Si Sri Lanka mengatakan bahwa dia seorang
businessman dan sudah 3 kali bolak-balik Cyprus tanpa visa. Si South Africa mengatakan bahwa Cyprus itu hanya pulau kecil tempat turis dan bisa dapat visa on arrival. Sial banget kan?

Alhasil kami semua digeret ke sebuah ruangan, dikerubutin orang-orang berseragam, diinterogasi ini itu, lamaaa banget. Kami bertiga hanya menunduk sambil dituding-tuding, padahal kami berusaha setengah mati menahan tawa saking begonya kejadian ini. Akhirnya diputuskan bahwa kami semua harus segera dipulangkan ke negara kami masing-masing! Waduh!


Saya pun maju dan berbisik memelas, “
Sir, we’re on holiday. We can’t go back to work anyway since we already took our annual leave. Where can we spend holiday to any country on the way back to Jakarta which does not require visa?”. Si petugas pun mengetik-ngetik sesuatu di komputernya, lalu berkata, “Sri Lanka?” Tanpa pikir panjang, saya tersenyum dan merayu lagi, “OK, Sir. Please take us there first and back to Jakarta like a week later. Could you please make it? Please?”. Si petugas lalu ‘melempar’ kami ke lantai 2 di kantor Emirates bagian re-routing tickets.

Sementara diproses, kami disuruh menunggu di airport. Wah saya kenyang dengan
window shopping terlama seumur hidup saya. Perut pun sudah kembung karena nongkrong dari satu kedai kopi satu ke kedai kopi lainnya. Saya pun hapal setiap sudut airport, di mana saya bisa tidur di tempat yang sepi, di mana saya bisa akses internet, dan toilet mana yang paling bersih.

Bila Tom Hanks akhirnya berpacaran dengan Catherine Zeta-Jones dalam film ‘Terminal’, saya jadi percaya bahwa film itu true story. Karena harus bolak-balik mengurus tiket, saya akhirnya berkenalan dengan petugasnya. Cowok guanteng, tinggi, berkaca mata, yang sudah saya incar sejak kami ‘dilempar’ ke kantor itu. Sebelas jam kemudian... good news, rayuan saya berhasil.

Keesokan harinya kami dipulangkan ke Indonesia dengan tiket Dubai – Colombo – Singapore – Jakarta. Artinya, kami dapat berjalan-jalan di Dubai dulu (visa UAE bisa didapat dengan membeli paket hotel yang tersedia di
counter airport). Kedua, kami diperbolehkan pulang ke Jakarta seminggu kemudian setelah sampai di Colombo (jadi kami bisa traveling dulu keliling Sri Lanka, bahkan bisa extend ke Maldives - tempat yang selalu saya impikan pergi ke sana). Ketiga, saya dapat cowok ganteng (yang sebulan kemudian menyusul saya ke Jakarta)!

Catatan:
Meskipun terlambat, akhirnya saya tahu bahwa untuk pergi ke Cyprus, pemegang paspor Indonesia dapat apply visa di Kedutaan Besar Inggris karena Cyprus masih berstatus negara jajahannya. Tapi sampai saat ini saya tidak tertarik tuh ke sana, hehe!


E-mail this post



Remenber me (?)



All personal information that you provide here will be governed by the Privacy Policy of Blogger.com. More...

|