Wednesday, November 29, 2006 

Pack your bag and head to the shore!

Ini tulisan lengkap saya di Majalah Shape edisi Nov 2006. Jangan kaget dengan gaya bahasanya yang beda ya, maklum di majalah kan kudu lebih formal :)
Selamat membaca dan semoga berguna!
*padahal ini excuse doang karena saya lagi ga ada waktu untuk posting, hehe!*
-T-
Pack Your Bag and Head to the Shore!

Lupakan dalih takut hitam karena liburan di pulau sangat menyenangkan, tinggal Anda pandai-pandai memilih tempatnya. Ini adalah salah satu keuntungan bagi kita karena tinggal di negara tropis. Jadi, nikmatilah semilir udara pantai!

Tanyakan pada diri Anda sendiri, dari 17.000 pulau di Indonesia sudah berapa pulau yang Anda kunjungi? Liburan ke pulau sepertinya bukanlah pilihan tempat wisata utama orang Indonesia. Percaya atau tidak, banyak orang malas ke pantai atau ke pulau karena takut setelahnya kulitnya jadi gelap. Ah! Atau, mungkin karena kita tinggal di negara tropis, konsep liburan ideal dihubungkan dengan pergi ke tempat yang lebih dingin. Pegunungan dianggap lebih menarik daripada pantai, Puncak dianggap lebih seru dibanding Anyer. Padahal, ada banyak aktivitas yang bisa Anda lakukan di pulau. Selain berenang di pantai, Anda bisa berjemur, leyeh-leyeh sambil membaca buku, membangun istana pasir, snorkeling, scuba diving, makan seafood yang paling enak karena masih fresh, trekking, joging, melihat beragam binatang unik serta pemandangan sunset yang spektakuler. Bahkan, mau dugem juga bisa. Satu lagi hal yang tidak penting tapi menarik untuk dilakukan: jika biasanya Anda malu berbikini, di pulau Anda bebas berekspresi karena tidak ada yang peduli! Pun, prinsip semakin sulit pulau itu dijangkau maka semakin indah alamnya akan membuat perjalanan Anda sangat adventurous dan kadang bisa bikin adrenalin memuncak. Satu trip saja bisa mencakup perjalanan darat-udara-laut, sarana angkutan kota, sampai pesawat kecil berbaling-baling dan speed boat. Menantang sekali!
Bagaimana, tertarik berpetualang di pulau tapi belum yakin ingin ke mana? Berikut beberapa rekomendasi liburan sesuai dengan minat Anda. Yang jelas, semua tempat dilengkapi dengan pantai berpasir putih dan air laut yang bening. Dan, semua ini ada di Indonesia kita tercinta!

FOR SCUBA DIVING LOVERS
Taman Nasional Laut Bunaken
Sulawesi Utara


Taman laut yang sebenarnya merupakan gugusan lima pulau (Bunaken, Manado Tua, Siladen, Montehagen, dan Nain) ini adalah tempat menyelam terbagus dan termudah untuk diakses di Indonesia. Dengan luas sebesar 75.265 hektar dan tingkat visibility rata-rata 20 meter (kadang kalau sedang bagus bisa sampai 35 meter), para pencinta diving tinggal memilih saja beberapa dive spot untuk diselami. Yang paling favorit antara lain adalah Depan Kampung, Lekuan, Fukui Point, Mandolin Point, dan Bunaken Timur.

Agenda Utama: Terumbu karang di Bunaken adalah salah satu yang terbaik di dunia, dengan kekayaan lebih dari 2.000 jenis ikan. Yang paling menarik adalah tebing karang vertikal (wall) setinggi 25-50 meter, tempat berbagai jenis vertebrata dan invertebrata laut. Jenis-jenis ikan yang umum dijumpai antara lain wrase, dansel, trigger, sweetlip, unicorn, dan lain-lain. Salah satu keunikan Bunaken adalah lautnya yang dalam, hingga mencapai 1.000 meter. Di laut dalam ini kita bisa melihat beragam jenis ikan besar, seperti ikan tuna, marlin, hiu kepala palu, pari, layar, cekalang, barakuda, lumba-lumba, dan bahkan ikan paus. Arus air di Bunaken terkadang begitu kencang dan sulit diprediksi, jadi kurang cocok bagi penyelam pemula namun menantang bagi para scuba divers. Untuk akomodasi, Anda bisa menginap di Pulau Bunaken atau di sekitar Pantai Molas, Manado. Di kedua tempat tersebut terdapat dive operator yang dapat Anda pilih untuk ikut trip diving. Penginapan di Pulau Bunaken terdiri dari bungalow standar dan harganya termasuk paket makan. Tak ketinggalan, di sana juga ada beberapa tempat makan dan toko suvenir. Alternatif lain, Anda bisa menginap di Pulau Gangga yang sangat indah, terletak di Kepulauan Bangka. Tempatnya sekitar satu jam naik mobil dari Manado ke arah Bitung di utara dan 30 menit naik speed boat. Di sana terdapat resort dengan fasilitas lengkap, termasuk kolam renang dan spa.

Transportasi: Naik pesawat ke Manado (dari Jakarta kira-kira 3 jam), dari bandara Sam Ratulangi sekitar setengah jam ke Pantai Molas, lalu 45 menit ke Pulau Bunaken naik speed boat.

Anggaran: USD 10 per malam (fullboard) bila tinggal di Pulau Bunaken, mulai dari USD 64 per malam bila menginap di Molas.

FOR PARTY-GOERS
Pulau Gili Trawangan
Lombok, Nusa Tenggara Barat


Suka dugem? Nikmati suasana malam gemerlap di pulau dengan berkunjung ke Pulau Gili Trawangan (“gili” dalam bahasa Sasak artinya “pulau”). Bahkan para turis manca negara menyebut Trawangan sebagai “Party Island” karena kehidupan malamnya yang tidak pernah senyap. Jangan bayangkan tempat dugem ini sebesar yang ada di Jakarta. Tempatnya berbentuk semi outdoor, sehingga sebelum memutuskan masuk ke lantai dansa kita bisa memilih dulu jenis musik yang terdengar ingar-bingar dari luar, seperti reggae, lounge music, rave, sampai musik tarantuntung alias house music.

Agenda Utama: Selain kehidupan malam yang seru, pula dengan panjang 3 km dan lebar 2 km ini juga punya pantai indah. Pasirnya putih dan lembut bagaikan tepung, air lautnya pun berwarna biru bening dengan ikan-ikan kecil berwarna warni yang berseliweran. Jadi, luangkan waktu di siang hari untuk berenang atau snorkeling di pantai. Selain itu, keunikan Trawangan adalah sunset-nya yang sangat spektakular karena sinar matahari yang menyinari Gunung Agung dapat jelas terlihat dari pantai. Begitu juga sunrise-nya yang cantik karena sinar mataharinya menyembul dari Gunung Rinjani.
Tempat diving di saja juga bisa jadi tujuan utama Anda, terutama lokasi blue coral (karang yang berwarna biru) yang sangat unik. Tak jauh dari sana juga ada shark point, di mana Anda bisa melihat ikan hiu. Bagi yang belum bersertifikat scuba diver, Anda bisa mengambil lisensi di sana. Atau, jika kurang waktu ikut saja scuba introduction. Urusan perut, Anda bisa memilih beragam hidangan, mulai dari warung sampai fine dining di restoran. Bila bosan di Trawangan, Anda dapat pergi ke pulau tetangga, yaitu Gili Meno dan Gili Air.

Catatan: Di tempat ini tak ada kendaraan bermotor. Untuk berkeliling pulau Anda harus berjalan kaki atau naik cidomo, delman khas Lombok. Selain itu, ada baiknya Anda mencari penginapan yang jauh dari tempat dugem agar tidak terterpa keberisikan sepanjang malam.

Transportasi: Naik pesawat ke arah Ampenan, Lombok. Lalu, dari bandara Anda menuju ke Bangsal yang berjarak 30 menit, bisa naik taksi atau angkot. Dari Bangsal ke Gili Trawangan memakan waktu sekitar 45 menit naik speed boat.

Anggaran: Dengan beragam jenis penginapan yang tersedia di sana, kisaran harga dimulai dari Rp 50.000/malam (pas untuk para backpacker) hingga USD 80/malam di bungalow di resort.

FOR TREKKING AND CAMPING MANIACS
Pulau Sempu
Jawa Timur


Masih ingat film The Beach-nya Leonardo di Caprio? Indonesia ternyata juga punya pantai yang serupa. Letaknya pun masih di Pulau Jawa, tepatnya di Pulau Sempu. Yang menarik dari pulau yang satu ini adalah lagunnya yang indah, yang bernama Segara Anakan. Terletak di ujung pulau, air yang masuk ke dalam kolam raksasa ini berasal dari ombak yang menghantam secara periodik melalui karang bolong, dari Samudera Hindia yang terkenal ganas. Sementara itu, di sisinya adalah hamparan pasir putih yang lembut. Air lagun tersebut sangat jernih dengan warna yang bergradasi, mulai dari hijau tua, hijau muda, sampai biru muda, plus aman untuk direnangi karena pinggirnya yang dangkal dan airnya tidak berombak sama sekali. Dikelilingi tebing batu karang dan hutan lebat, Anda akan disuguhi pemandangan yang luar biasa indah setelah lelah berjalan kaki. Nikmati saja deburan ombak Samudera Hindia dan ramai suara bermacam burung. Bak di surga!

Agenda Utama: Pulau Sempu merupakan cagar alam yang masuk daftar Convention o­n International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). Konon, hutannya memiliki 80 jenis burung, bahkan ada beberapa yang sudah hampir punah. Di samping itu juga masih ada babi hutan, muncak, kancil, dan lutung jawa. Bahkan kabarnya jika beruntung Anda bisa menemui jejak macan tutul.
Jangan tertawakan kegiatan camping ala Pramuka, karena Anda harus mencobanya di sana, berhubung tak ada fasilitas menginap di tempat ini, kecuali di Sendang Biru atau Anda bisa langsung kembali ke Malang. Bila menginap di Sempu jadi pilihan, jangan lupa bawa peralatan kemping. Atau, kalau tak mau repot Anda bisa menyewa porter. Dan, lalui waktu tidur di alam terbuka sambil memandang ribuan bintang. Atau, berenanglah di laut kala malam datang. Pastinya hal ini jarang Anda lakukan sehari-hari, bukan?

Transportasi: Dari kota Malang, Anda harus mengarungi perjalanan mobil selama 1,5 jam menuju selatan. Dari desa Sendang Biru, menyeberanglah naik perahu selama 15 menit, lalu arungi jalur trekking ke lagun selama 1,5 jam (tergantung kecepatan berjalan Anda).

Anggaran: Tergantung perbekalan.

FOR ALL-OUT ADVENTURE SEEKERS
Kepulauan Derawan
Kalimantan Timur


Tempat yang satu ini sangat unik untuk berlibur. Anda bisa berenang di pantai dan bertemu penyu, berenang di laut dan bertemu ikan pari raksasa, berenang di danau bertemu ubur-ubur– semuanya di satu tempat. Pulau ini adalah salah satu dari 6 gugusan Kepulauan Derawan, yaitu Pulau Derawan, Pulau Sangalaki, Pulau Kakaban, Pulau Maratua, Pulau Panjang, Pulau Samama, serta beberapa pulau kecil dan gugusan karang lainnya. Menginaplah di losmen apung atau resort yang terpusat di Pulau Derawan. Dari sana, Anda bisa menyewa speed boat untuk berkelana ke pulau lainnya yang unik.

Agenda Utama: Habiskan siang hari dengan berenang di pantai berpasir putih dan berair bening dan nikmati keindahan laut yang biru. Di malam hari, jangan lewatkan kesempatan menonton penyu bertelur. Kalau Anda pergi ke Pulau Sangalaki (dijuluki juga Capital of Manta – ikan pari), Anda akan “dikepung” oleh begitu banyak ikan pari raksasa dengan lebar rata-rata 3,5 meter dan berperut putih serta bermulut amat lebar. Ada juga pari besar nan hitam dengan lebar jangkauan “sayap” sepanjang 6 meter, seperti Darth Vaders! Kala diving di perairan sekitar Pulau Maratua, nama lainnya Big Fish Country, Anda akan bertemu dengan ikan-ikan besar. Jangan lupa juga berkunjung ke Pulau Kakaban dan melihat Danau Kakaban, danau zaman prasejarah yang terbentuk sejak 2 juta tahun lalu. Danau serupa di dunia ini terdapat juga di Palau, Mikronesia. Uniknya, di danau tersebut terdapat ubur-ubur yang kehilangan kemampuannya untuk menyengat akibat berevolusi. Berenang di danau ini serasa seperti sedang berada di planet lain!
Kalau Anda ingin terlepas sepenuhnya dari dunia luar, tempat ini memang pas. Pasalnya, di sini Anda boleh mematikan ponsel Anda karena tak ada sinyal yang bisa ditangkap.

Transportasi: Naik pesawat menuju Balikpapan, lalu pindahlah ke pesawat jenis baling-baling (jenis ATR 42) dengan lama perjalanan satu jam ke Berau (pastikan bagasi Anda tak lebih dari 10kg/orang. Kemudian, arungi perjalanan laut selama 3 jam naik speed boat.

Anggaran: Menginap di losmen kira-kira Rp.50.000,00 per kamar, per malam. Atau, tidurlah di resor dengan tarif USD 40/malam. Keduanya belum termasuk biaya transportasi dan diving. Untuk makan, Anda tinggal pilih: makan “habis-habisan” di warung dengan budget Rp.20.000,00 per orang atau di resort dengan merogoh dompet USD 10.

FOR LAID-BACK PEOPLE
Pulau Cubadak
Sumatera Barat


Sering menghabiskan liburan dengan tak melakukan apa-apa? Boleh saja, tapi sesekali, pindahkan lokasinya dari rumah Anda ke pantai Pulau Cubadak, Sumatera Barat. Menginaplah di resort Cubadak Paradiso Village, yang rasanya—sesuai arti namanya—seperti berada si surga. Di belakang Anda terhampar hutan dan tebing, sedang di depannya adalah pantai berpasir putih yang dikelilingi pegunungan. Anda tak akan merasa seperti berada di laut, melainkan di danau. Plus, puaskan diri dengan memandangi air lautnya yang berwarna emerald green dan sangat tenang karena dilindungi oleh terumbu karang.

Agenda Utama: Beristirahatlah dalam kedamaian di “desa” yang memiliki sepuluh bungalow terbuat dari kayu dan atap rumbia, plus balkon langsung menghadap pantai. Kamar tidurnya yang berkelambu terletak di mezanin, di bawahnya adalah ruang tamu dan kamar mandi. Di depan restoran yang sekaligus juga perpustakaan, terdapat jetty yang terhubung sampai di atas laut, tempat para tamu leyeh-leyeh. Saking murninya, air dari keran pun bisa langsung diminum. Di siang hari, kala Anda bosan berbaring saja, berenanglah di pantai, trekking ke hutan, atau berpikniklah di pulau lain. Saat malam datang, bergabunglah dengan tamu lainnya di restoran dan resapi suara alam yang hanya ditengarai oleh suara burung.

Transportasi: Naiklah pesawat menuju Padang, kemudian lanjutkan dengan perjalanan mobil selama 2,5 jam menuju Desa Corocok, lalu lakukan perjalanan air dengan speed boat selama 10 menit.

Anggaran: US$ 75/orang/malam fullboard, termasuk airport transfer


Saturday, November 18, 2006 

Lebaran di (Kolam Renang) Negara Jiran

Saya mengaku, seminggu libur lebaran kemarin saya ke Malaysia. Saya harus menceritakan sejarahnya dulu mengapa saya bisa ke sana. Ceritanya, ibu saya bersaudara 6 orang, salah satu di antaranya ada yang tinggal di Kuala Lumpur (KL) dan baru saja kehilangan suaminya yang meninggal dunia sementara kedua anaknya tinggal di luar negeri. Tercetuslah ide untuk ramai-ramai mengunjungi tante saya yang sendiri itu sekalian berlebaran bersama. Terus terang, mulanya saya tidak tertarik sama sekali untuk bergabung (apalagi KL sungguh bukanlah tempat yang menarik bagi saya), tapi sudah lama saya tidak berlebaran bersama keluarga karena selalu kabur untuk traveling sendiri.

Di sebuah hotel di KL, kami membuka 7 kamar hotel yang dikasih connecting door sehingga kamar menjadi panjang. 6 orang kakak-adik ibu saya semuanya hadir dan ada yang membawa keluarga masing-masing sehingga totalnya menjadi 15 orang, dengan range umur 12 – 73 tahun (karena ada yang bawa ibu mertua). Seperti sebagian besar orang Indonesia, aktivitas favorit setiap hari adalah berbelanja - sementara saya dan salah satu tante saya yang sama-sama tidak suka berbelanja memisahkan diri dengan nongkrong di cafe. Bagaikan kelompok Pramuka, setiap pagi sebelum berangkat dari hotel, dibuatlah kelompok-kelompok kecil dan ditunjuklah ketua regu untuk memimpin naik taksi ke tempat tujuan. Sampai di shopping mall, ditunjuklah sebuah tempat untuk berkumpul kembali beberapa jam kemudian. Tempat yang diserbu Suria KLCC, Sungai Wang, dan Petaling. Barang favorit yang dibeli tentulah alas kaki merk Vincci. Hanya hari ke-2 rombongan (akhirnya) berpisah, pasangan suami-istri bertemu dengan koleganya, ibu-ibu berbelanja entah ke mana, dan para jomblo (saya dan sepupu-sepupu) ke Ikea. Malam hari, semuanya berkumpul di satu kamar, makan bersama sambil ngerumpi - setelah itu, para jomblo dugem di diskotik.

Hari lebaran tahun ini kami merayakannya dengan sangat unik. Bosan dengan suasana kamar panjang yang hingar bingar, pagi itu kami memindahkan pertemuan keluarga besar di pinggir kolam renang. Peraturan hotel yang tertulis di plang menyatakan bahwa tidak ada yang boleh membawa makanan dan minuman dari luar, maka kami satu per satu pun akal-akalan membawa bungkus-bungkus makanan sambil memakai shorts dan tank tops - sangat berbeda dengan kostum sebagian rombongan yang baru pulang sholat Ied yang memakai baju kurung dan kerudung. Lemang dingin, rendang dingin, sate padang dingin, plus ketupat, serundeng, dendeng, kerupuk dan air mineral (cuma ini yang dinginnya cocok), semuanya tandas saat itu juga. Aktivitas selanjutnya lebih lucu lagi, kami semua berganti baju dengan dress code atasan warna putih dan bawahan jeans karena kami mau norak-norakan berfoto bersama di studio foto di pasar Chow Kit. Melihat contoh-contoh foto yang ditempel di dinding saja membuat kami tertawa, kebanyakan kliennya orang India yang difoto berlatar belakang lukisan gedung tinggi dan di depannya ada taman dari tumbuhan plastik. Rupanya si tukang foto sangat old-fashion, kami tidak boleh bergerak atau mengedip, gayanya pun harus duduk diam tenang seperti gaya pemotretan pas foto. Setelah itu bagaikan rombongan yayasan yatim-piatu, kami melanjutkan jalan-jalan bersama.

Hari ke-4, sebagian rombongan pergi ke Pulau Perhentian - sebuah pulau di timur semenanjung Malaysia, dekat perbatasan Thailand. Ya, inilah ide saya untuk memindahkan mereka ke sini, ketimbang seminggu dihabiskan di KL dengan pemandangan gedung-gedung dan kabut asap kiriman Indonesia. Perjalanan menyebrang lautan berombak naik speed boat rupanya membuat ibu-ibu berteriak-teriak shock, tapi akhirnya semuanya ternganga melihat indahnya tempat ini: sebuah resor sepi dengan private beach yang berada di teluk, hutan tropis, pasir putih bersih, dan air laut yang tenang berwarna biru muda. Lucunya, semua staf di resort tersebut adalah orang Indonesia asal Medan - jadilah kamar kami di-upgrade gratis dari jungle view menjadi beach view dan servisnya jadi sangat memuaskan. Setiap makan di restoran, para staf itu berdiri di dekat kami dan tertawa-tawa mendengar celotehan bahasa Indonesia kami, kasihan mereka rindu kampung dan tak pernah ada orang Indonesia ke sini. Besoknya seorang sepupu saya bergabung (dan membawa Gudang Garam sebagai oleh-oleh kepada para staf hotel), jadilah 9 orang kami di sini. Setiap hari acara kami adalah ngerumpi, leyeh-leyeh, berenang, ikut snorkeling trip keliling pulau, dan yang jomblo ikut scuba diving trip (enak juga punya sepupuan yang semuanya certified divers). Lagi-lagi para orang tua pada panik melihat ikan hiu, school of Napoleon Wrasse dan ikan barakuda berseliweran, sementara kami malah kegirangan. Malam terakhir kami candle light dinner di deck pinggir pantai - kami merupakan tamu terakhir sebelum pulau ini tutup beberapa bulan karena monsoon season.

Hari Sabtu sore, kami dan rombongan yang tidak ikut ke pulau, berkumpul kembali di airport di KLIA untuk pulang ke tempat masing-masing. Bagaikan flash back, cerita itu berulang kembali persis seperti minggu lalu dan seterusnya setiap hari: teriakan-teriakan yang tua kepada yang lebih muda untuk menyuruh ini-itu, rengekan anak ABG yang minta dibelikan ini-itu kepada orang tuanya, mengomentari foto-foto bahwa kami makin lama makin mirip satu sama lain, ledekan yang kurus kepada yang gendut, mendengarkan cerita-cerita masa lalu, foto sana – foto sini, makan ini – makan itu...luthunaaa...


Saturday, November 04, 2006 

Menghitung Hari Cuti

Cuti, sebuah kata yang sangat membangkitkan semangat (saya). Karena saya sangat menyukai traveling, cuti adalah isu besar bagi seorang karyawan seperti saya. Sebagai seorang yang bekerja di perusahaan di Indonesia, menurut saya tidak adil untuk mendapatkan hak cuti hanya 12 hari dalam setahun. Konon karena di Indonesia sudah punya banyak tanggal merah alias public holiday, padahal di luar negeri kurang lebih sama juga banyaknya. Ada sih tambahan hak cuti, yaitu cuti sakit dengan surat dokter dan kalau ada keluarga yang meninggal dunia atau menikah. Paling lama ya cuti melahirkan, tapi ga bisa ‘ditipu’ kan? Tapi berapa sering sih dalam setahun kita mengalami kejadian di atas?

Betapa siriknya saya mengetahui teman-teman saya di luar negeri yang punya banyak hari cuti. Di luar public holidays, dalam setahun di Amerika berhak mendapat 3 minggu cuti, di Eropa dan Australia dapat 4 minggu cuti, bahkan negara-negara di Skandinavia dan Mediterania dapat 33-36 hari hak cuti! Pantas saja orang Eropa yang paling banyak ‘keleleran’ traveling di seluruh dunia. Percaya tidak, hanya di negara-negara berkembang saja (kebanyakan di negara Asia) yang mendapat hak cuti sama dengan atau kurang dari 2 minggu. Apanya yang salah saya tidak tahu, mungkin orang kita dianggap tidak produktif dalam bekerja. Tapi saya lebih heran lagi dengan orang-orang yang tidak memanfaatkan hak cutinya. Kok bisa ada teman kantor yang masih punya sisa cuti 5 hari yang tidak diambil dan dibiarkan hangus. Lucunya, saudara saya yang seorang polisi mengaku tidak pernah ambil cuti karena kalau cuti dianggap merugi karena tidak ada pemasukan – tau kan maksudnya?

Saya sungguh sebal dengan peraturan pemerintah tentang ‘libur bersama’ yang baru diterapkan beberapa tahun belakangan ini karena hak cuti saya dipaksa disunat - kita dipaksa libur pada hari kejepit, alasannya daripada tidak efektif bekerja karena banyak juga yang jadinya bolos. Masalahnya, dalam setahun cukup banyak juga hak cuti yang mau tak mau harus mau direlakan untuk direnggut begitu saja dalam kehidupan saya. Contohnya saja libur Lebaran yang pasti dipotong 3 hari, ditambah libur ini itu totalnya jadi 6 hari. Jadi pada dasarnya hak cuti karyawan dari 12 hari itu tinggal 6 hari saja! Padahal ada hari-hari dimana saya lagi bokek dan tidak ingin pergi ke mana-mana. Lebih sebalnya lagi, saya tidak bisa traveling jauh karena tidak mendapat libur yang cukup panjang. Seminggu mau ke Eropa atau Amerika mah ‘ngabis-ngabisin badan’ saja bukan? Waktu terbangnya saja sudah terpotong 3 hari sendiri. Duh!

Pasalnya saya senang menabung cuti supaya semua hari cuti itu bisa ‘dijebret’ sekaligus. Peraturan perusahaan tempat saya bekerja tidak menyebutkan bahwa karyawan boleh sekaligus mengambil semuanya, tapi tetap saja harus mendapat izin dari atasan. Saya selalu berdoa agar mendapat bos syang memperbolehkan saya pergi, berdoa agar tidak ada pekerjaan yang bertumpuk, dan berdoa ada rekan kerja yang bersedia menggantikan pekerjaan saya. Dalam ilmu ‘percutian’, soal agama adalah penting dalam menentukan waktu liburan - lebih mudah bila terdapat perbedaan agama di antara karyawan dalam satu unit. Yang Muslim akan mengambil cuti Lebaran dan kerja pada libur Natal, yang Kristen akan mengambil cuti Natal dan kerja pada libur Lebaran. Meskipun saya Natalan, saya merayakan keduanya karena keluarga ibu merayakan Lebaran, jadi saya bisa memilih liburan di salah satu hari raya tersebut. Karena kita dipaksa pemerintah untuk cuti bersama pada hari keagamaan, biasanya saya selalu menambahkan hari cuti sendiri yang ditempel di belakangnya agar saya mendapatkan waktu lebih banyak untuk traveling.

Dulu saya pernah lama kerja di hospitality industry, industri yang selalu buka 365 hari dalam setahun. Kejamnya, sistem kerja dibuat 6-1 artinya 6 hari kerja 1 hari libur dan hari liburnya pun tidak boleh pada hari Sabtu, Minggu, atau tanggal merah. Cuti sih dapat 12 hari setahun juga, tapi hitungan hari cuti termasuk weekend. Sampai suatu saat saya pernah jadi job hopper – sering pindah kerjaan demi mendapat waktu libur lebih di antara keluar dari satu perusahaan dan sebelum masuk perusahaan baru. Betapa bahagianya saja ketika saya akhirnya pindah kerja corporate yang Sabtu Minggu libur, jadi dengan 5 hari cuti bisa dapat 10 hari liburan kalau berangkat Jumat malam dan pulang Minggu malam. Kabar gembiranya, Februari depan saya sudah bekerja di perusahaan yang sekarang selama 3 tahun, artinya saya mendapat tambahan hari cuti yang disebut cuti progresif selama 3 hari jadi totalnya 15 hari. Wah, lumayan!


No Nudity Here!

  • naked: devoid of concealment or disguise
  • Pronunciation: 'nA-k&d, esp Southern 'ne-k&d
  • (From Merriam-Webster Online)

Who's Naked?

    Hi, I am Trinity, an ordinary woman in Jakarta who loves traveling. This is my journal and thoughts collected from my trips around the globe and across my lovely country, Indonesia.
    E-mail me at naked.traveler@gmail.com

    Keep informed on The Naked Traveler news and events, add me as your friend at:
    Profil Facebook Trinity Traveler
    Share your travel stories or get info from the real travelers here

    Subscribe to nakedtraveler

    Powered by us.groups.yahoo.com

    You are naked number .

Naked Me More

     
    Web
    The Naked Traveler

Naked Book

    Get "The Naked Traveler (Catatan Seorang Backpacker Wanita Indonesia Keliling Dunia)" book now in your nearest book stores! Bondan Winarno said,"...memikat. Ada kejujuran dalam mengungkapkan apa yang dirasakan, tidak hanya yang dilihat..."
    For more info, please click here.

NakedShout

Kinda Cool Links


    Lowongan Kerja Minyak dan Gas

Powered for Blogger
by Blogger Templates