« Home | Romantisme salju » | Olah Raga (Jantung) Ekstrim » | Rookie of the year » | Habis pantai, terbitlah kunang-kunang » | Boat Cruise bikin Dehidrasi » | Saltum di Hamam » | Nebeng membawa sial? » | Naik balon di bulan » | Perawan bernama Negros* » | Kesempatan tidak datang dua kali »

Tuesday, September 23, 2008

Wisata ke Kuburan

Kuburan yang dijadikan tempat wisata biasanya makam pahlawan, makam orang terkenal, kuburan massal korban bencana alam atau korban holocaust. Saya sih kurang tertarik ke makam pahlawan karena kuburannya cuman begitu doang, nisan-nisan yang bentuknya seragam dan ada tugu besar yang bergrafir nama. Yang menarik untuk foto-foto (dari luar) sih ke mausoleum yaitu kompleks makam yang luas dengan monumen besar, umumnya makam pemimpin terkenal, contohnya makam Ho Chi Minh di Hanoi atau Mustafa Kemal Atatürk di Ankara. Tapi tetap saya kurang tertarik karena bentuk bangunannya yang masif, kaku, terkesan ‘sombong’, trus pake dijaga banyak tentara dengan sikap tegak gitu - padahal kan jagain orang mati doang. Yang artistik mungkin adalah catacomb yaitu makam yang letaknya di lorong bawah tanah di dalam gereja, contohnya di St. Peter’s Basilica di Vatican tempat Santo Petrus dan para Paus dimakamkan. Masih banyak ‘kuburan’ menarik yang belum saya datangi sih, seperti Great Pyramid, Taj Mahal, bahkan Astana Giribangun.

Kuburan paling serem bagi saya adalah kuburan massal korban kekejaman Pol Pot dan Khmer Merah-nya, tepatnya Killing Fields of Choeung Ek, 15 km ke luar kota Phnom Penh. Di sana ada pagoda setinggi 20an meter yang di dalamnya ada rak kaca berisi ribuan tengkorak kepala... yang udah retak-retak karena ditembak, dipukul, atau digancuk. Di rak paling bawah ditumpuk baju para korban yang tercabik-cabik dan masih berlumuran darah. Di bagian belakang pagoda ada halaman besar yang ada bolongan kuburan massal dengan papan petunjuk bertuliskan jumlah korban dan cara matinya. Contohnya, kuburan bayi yang mati karena dilempar dan ditojos bambu runcing, ada kuburan anak-anak dan wanita yang ditelanjangi, dan kuburan orang tanpa kepala. Baca deh papannya “Mass grave of 866 victims without head”, gimana nggak merinding disko coba? Hiiiii!

Saya pernah tidak sengaja ke kuburan selebritis terkenal seantero dunia karena minta diajak seorang teman yang tinggal di Paris tahun 1998 untuk pergi ke tempat yang bukan touristy. Saya pasrah saja malam-malam digeret ke timur kota Paris, tepatnya ke Père Lachaise, lalu masuk ke dalam sebuah kompleks kuburan yang mblesuk di antara jalanan cobblestones dan nisan-nisan yang tinggi. Sialan, ke kuburan rupanya – terang aja bukan tempat turis! Sampailah saya di sebuah makam yang biasa banget, tapi begitu baca namanya di nisan...ternyata itu adalah kuburan Jim Morrison, vokalisnya The Doors. Yihaaa! Di makamnya teronggok karangan bunga, lilin, kertas-kertas surat berisi tulisan semacam “I love you”, sampai ke puisi dan doa dari para fans. Sungguh waktu itu saya baru tahu kalau si Jim dikubur di sini, secara saya juga nggak ngefans banget.

Yang paling ‘lucu’ adalah The Chinese Cemetery di daerah suburbia Santa Cruz, 4 km utaranya kota Manila (kayaknya yang lucu-lucu kok di Filipina mulu ya?). Yap, di situ hanyalah kompleks kuburan Cina, yang mati juga bukanlah orang terkenal, tapi cuma satu-satunya di dunia yang kayak begini. Rasanya bombastis banget promosinya mengingat di Indonesia juga banyak kuburan Cina bukan? Ternyata inilah yang bikin unik: kuburannya bukan berbentuk kuburan biasa, tapi rumah-rumah mewah berarsitektur Cina campur dengan Art Deco. Hampir di setiap rumah sudah dilengkapi furnitur, lampu kristal, air, AC, dapur, ruang tidur, halaman, pagar, bahkan ada anjing dan pembokat segala! Saya ngintip ke dalam rumah, rupanya di dalam ‘ruang tamu’-nya sudah ada beberapa makam, ada yang sudah bernisan dan ada yang masih kosong. Lucu yang lain, jika ada keluarga yang kurang mampu membangun rumah kuburan, maka disediakan ‘tipe apartemen’ yang berupa bangunan bertingkat berisi kamar-kamar kecil saja. Setiap perayaan All Saints Day (jatuh setiap tanggal 1 November) orang datang untuk menghormati arwah yang mati. Jalan jadi super macet sehingga orang datang 3 hari sebelumnya agar bisa masuk. Datang bukan hanya duduk sebentar dan kasih bunga, mereka menginap di rumah kuburan, dan mengadakan pesta besar lengkap dengan makan-makan (pake ‘lechon’ alias babi guling) dan alkohol. Semalaman mereka berpesta, bernyanyi sambil gitaran atau pake sound system, minum-minum, dan main mahjong barengan... sama kursi yang sengaja dikosongkan untuk yang sudah mati!


E-mail this post



Remenber me (?)



All personal information that you provide here will be governed by the Privacy Policy of Blogger.com. More...

|