Don’t Touch the (Women) Dancer!
Catatan: 17 tahun ke atas!
Mari kita ke Strip Club – acara hiburan malam melihat pertunjukan orang bugil menari – just for fun. Bisa jadi Anda malah merasa kasihan daripada enjoy the show. Perlu diketahui, strip club itu terbagi dua jenis, strip club cowok berarti penarinya adalah cewek, begitu juga sebaliknya strip club cewek penarinya adalah cowok.
Pengalaman pertama saya ke strip club sebenarnya tidak direncanakan. Tahun 1997 saat saya training di kota Atlanta, teman-teman dari headquarter mengajak saya ke sana. Risih juga saya diajak sekelompok cowok-cowok untuk menonton cewek-cewek bugil. Tapi penasaran.
Kami ke Gold Club yang merupakan strip club paling sukses di East Coast Amerika. Benar saja, saya satu-satunya cewek di antara seluruh tamu. Ih, jangan-jangan saya disangka lesbian. Di strip club cowok, tamu tidak boleh sama sekali menyentuh para penari. Sampai di dindingnya pun terdapat banyak signage "Don’t touch the dancer!". Bahkan DJ-nya bisa memperingatkan langsung lewat pengeras suara dengan menyebutkan nomer meja bila ada tamu yang mencoba-coba ‘ngelaba’. Seperti saat tamu menyelipkan uang tip ke tali yang dilingkarkan di paha penari tapi jari-jarinya ‘nyolek’ bagian lain. Ironisnya penari cewek benar-benar dilindungi hukum anti sexual harrasment, meski profesi mereka adalah stripper.
Di Gold Club, stok penarinya sangat variatif dalam hal warna kulit dan ukuran tubuh. Tamu juga bisa memanggil salah satu penari untuk menari secara private di depan kita dengan biaya ekstra. Bos saya pun iseng ‘ngerjain’ salah seorang teman. Uh, ‘tu penari dengan ‘mupeng’-nya meliuk-liukan tubuhnya di depan teman saya, mendekatkan buah dadanya, menggetar-getarkan, bahkan nungging close-up di depan muka! Teman saya yang rasis lalu berkomentar, “Dasar orang item, sampe dalem-dalemnya pun uitem banget!”.
FYI, tahun 2001 klub ini ditutup karena skandal seks terbesar yang terjadi dalam sejarah olah raga profesional Amerika. Saa itu, bintang NBA Patrick Ewing dan pemain baseball Atlanta Braves Andruw Jones ketahuan menerima oral sex dari penari. Pemilik klubnya pun dituntut denda 5 juta dolar dan 3-5 tahun penjara. Nah, siapa yang salah dong?
Bagaimana dengan strip club khusus cewek? Tahun 2001 saya ke La Bare, di Dallas, Texas. Cover charge-nya cuman $5, tempatnya super besar seperti diskotik. Surprisingly di malam weekday isinya lumayan penuh dengan wanita pekerja. Di depan club terdapat main stage tempat pertunjukan stripper utama. Di berbagai tempat ada stage-stage kecil. Masing-masing terdapat 2 - 3 cowok bertubuh oh-my-goodness-bagus-banget berjoget dengan hanya mengenakan G-String.
Karena ini pengalaman pertama bagi kami semua maka kami memilih duduk dekat main stage. Pertunjukan dimulai dengan satu per satu cowo menari di main stage dengan sedikit drama. ada drama koboy, kinky, romantis, dsb. Intinya, mereka menari eksotis sembari mencopot bajunya satu satu sampai tinggal ‘tutupan’ penis.
Tidak seperti strip club cowok, di sini para tamu wanita boleh maju ke depan, memegang-megang tubuh penari (sambil mengkhayal tentunya), memberikan tip, dan mendapat tanda terima kasih berupa ciuman. Tentu saja saya maju! Hiii... bodinya memang slurph banget: gede berotot, perut kotak-kotak, kulit mulus tanpa selulit, dan mukanya yang cuakep-cuakeep. Kesimpulan saya, berdasarkan hukum supply and demand, bahwa cowok menyenangi cewek dengan berbagai bentuk dan ukuran, sementara cewek menyenangi cowok dengan satu tipe, yaitu bagus saja. Setuju kan, cewek?
Bagaimana di negara sendiri? Saya pernah ke salah satu diskotik di utara kota Semarang yang katanya ada pertunjukan penari bugil. Semarang gitu loh! Masuknya aja pake ngotot-ngototan sama bouncer karena peraturannya wanita saja tidak boleh masuk karena... takut mengambil jatah ‘jualan’ para pelacur di sana! Sial, apakah kami punya tampang pelacur?! Setelah saya ngamuk-ngamuk, akhirnya si bouncer memperbolehkan saya dan teman-teman wanita saya masuk.
Mulanya sih ada live band, tapi mainnya kelamaan - mending bagus - sampai kita semua teriak-teriak, “Hoy, cepetan napa?” Akhirnya keluarlah si penari. Loh, kok berpakaian lengkap? Rupanya dia menari-nari jaipongan dulu lah, dangdutan dulu lah, yang bagi saya kelamaan dan ga penting. Lalu satu per satu bajunya dicopot. Aha! Tapii...akhir dari acara buka-bukaan ini, ternyata dia memakai baju senam dan legging berwarna emas! Huuuuuu! Kami pun segera beranjak pulang. Maklumlah, saya bukan Moammar Emka yang punya akses mudah ke ‘negeri Sodom dan Gomorah’ sehingga ia bisa menulis 2 jilid buku 'Jakarta Undercover'.
Mari kita ke Strip Club – acara hiburan malam melihat pertunjukan orang bugil menari – just for fun. Bisa jadi Anda malah merasa kasihan daripada enjoy the show. Perlu diketahui, strip club itu terbagi dua jenis, strip club cowok berarti penarinya adalah cewek, begitu juga sebaliknya strip club cewek penarinya adalah cowok.
Pengalaman pertama saya ke strip club sebenarnya tidak direncanakan. Tahun 1997 saat saya training di kota Atlanta, teman-teman dari headquarter mengajak saya ke sana. Risih juga saya diajak sekelompok cowok-cowok untuk menonton cewek-cewek bugil. Tapi penasaran.
Kami ke Gold Club yang merupakan strip club paling sukses di East Coast Amerika. Benar saja, saya satu-satunya cewek di antara seluruh tamu. Ih, jangan-jangan saya disangka lesbian. Di strip club cowok, tamu tidak boleh sama sekali menyentuh para penari. Sampai di dindingnya pun terdapat banyak signage "Don’t touch the dancer!". Bahkan DJ-nya bisa memperingatkan langsung lewat pengeras suara dengan menyebutkan nomer meja bila ada tamu yang mencoba-coba ‘ngelaba’. Seperti saat tamu menyelipkan uang tip ke tali yang dilingkarkan di paha penari tapi jari-jarinya ‘nyolek’ bagian lain. Ironisnya penari cewek benar-benar dilindungi hukum anti sexual harrasment, meski profesi mereka adalah stripper.
Di Gold Club, stok penarinya sangat variatif dalam hal warna kulit dan ukuran tubuh. Tamu juga bisa memanggil salah satu penari untuk menari secara private di depan kita dengan biaya ekstra. Bos saya pun iseng ‘ngerjain’ salah seorang teman. Uh, ‘tu penari dengan ‘mupeng’-nya meliuk-liukan tubuhnya di depan teman saya, mendekatkan buah dadanya, menggetar-getarkan, bahkan nungging close-up di depan muka! Teman saya yang rasis lalu berkomentar, “Dasar orang item, sampe dalem-dalemnya pun uitem banget!”.
FYI, tahun 2001 klub ini ditutup karena skandal seks terbesar yang terjadi dalam sejarah olah raga profesional Amerika. Saa itu, bintang NBA Patrick Ewing dan pemain baseball Atlanta Braves Andruw Jones ketahuan menerima oral sex dari penari. Pemilik klubnya pun dituntut denda 5 juta dolar dan 3-5 tahun penjara. Nah, siapa yang salah dong?
Bagaimana dengan strip club khusus cewek? Tahun 2001 saya ke La Bare, di Dallas, Texas. Cover charge-nya cuman $5, tempatnya super besar seperti diskotik. Surprisingly di malam weekday isinya lumayan penuh dengan wanita pekerja. Di depan club terdapat main stage tempat pertunjukan stripper utama. Di berbagai tempat ada stage-stage kecil. Masing-masing terdapat 2 - 3 cowok bertubuh oh-my-goodness-bagus-banget berjoget dengan hanya mengenakan G-String.
Karena ini pengalaman pertama bagi kami semua maka kami memilih duduk dekat main stage. Pertunjukan dimulai dengan satu per satu cowo menari di main stage dengan sedikit drama. ada drama koboy, kinky, romantis, dsb. Intinya, mereka menari eksotis sembari mencopot bajunya satu satu sampai tinggal ‘tutupan’ penis.
Tidak seperti strip club cowok, di sini para tamu wanita boleh maju ke depan, memegang-megang tubuh penari (sambil mengkhayal tentunya), memberikan tip, dan mendapat tanda terima kasih berupa ciuman. Tentu saja saya maju! Hiii... bodinya memang slurph banget: gede berotot, perut kotak-kotak, kulit mulus tanpa selulit, dan mukanya yang cuakep-cuakeep. Kesimpulan saya, berdasarkan hukum supply and demand, bahwa cowok menyenangi cewek dengan berbagai bentuk dan ukuran, sementara cewek menyenangi cowok dengan satu tipe, yaitu bagus saja. Setuju kan, cewek?
Bagaimana di negara sendiri? Saya pernah ke salah satu diskotik di utara kota Semarang yang katanya ada pertunjukan penari bugil. Semarang gitu loh! Masuknya aja pake ngotot-ngototan sama bouncer karena peraturannya wanita saja tidak boleh masuk karena... takut mengambil jatah ‘jualan’ para pelacur di sana! Sial, apakah kami punya tampang pelacur?! Setelah saya ngamuk-ngamuk, akhirnya si bouncer memperbolehkan saya dan teman-teman wanita saya masuk.
Mulanya sih ada live band, tapi mainnya kelamaan - mending bagus - sampai kita semua teriak-teriak, “Hoy, cepetan napa?” Akhirnya keluarlah si penari. Loh, kok berpakaian lengkap? Rupanya dia menari-nari jaipongan dulu lah, dangdutan dulu lah, yang bagi saya kelamaan dan ga penting. Lalu satu per satu bajunya dicopot. Aha! Tapii...akhir dari acara buka-bukaan ini, ternyata dia memakai baju senam dan legging berwarna emas! Huuuuuu! Kami pun segera beranjak pulang. Maklumlah, saya bukan Moammar Emka yang punya akses mudah ke ‘negeri Sodom dan Gomorah’ sehingga ia bisa menulis 2 jilid buku 'Jakarta Undercover'.