« Home | Palau: negara hiu! » | Liburan ke Palau bukan Pulau » | Cakar-cakaran langit » | Visa doesn’t take you anywhere » | Sandal Jepit Pejabat » | Kuping Babi, Embrio Bebek, atau Kecoa? » | Kecil tapi Penting » | Tragedi Paspor » | Mau Murah, Tahanlah Lapar » | Lost in Translation »

Tuesday, September 05, 2006

Susah Selingkuh di Palau

Menurut sejarah – ini tertulis resmi di National Museum of Belau – nenek moyang orang Palau berasal dari Indonesia. Begitu menyebutkan asal saya dari Indonesia, mereka saja langsung bilang, “Aha, our ancestor!”. Kalau melihat foto-foto orang Palau zaman doeloe di museum tersebut, mereka persis kayak orang Jawa sehingga pantas diberi nama si Yono, si Joko, dan sebagainya. Herannya saat ini orang Palau tidak mirip dengan orang Jawa, mereka telah ‘berevolusi’ sehingga berkulit hitam, meski tidak sehitam orang Papua - lebih tepatnya seperti kulit orang Ambon yang coklat tua banget. Rambut mereka keriting-keriting kecil alias brindil. Badan mereka guede-guede semua, yang kurus rasanya hanya balita saja. Perhatikan saja bis sekolah butut berwarna kuning yang lewat, isinya anak-anak yang semuanya guede-guede. Yasmin sampai berkomentar, “Wah, gua ogah sekolah di Palau. Takut digencet!”. Kalau naik taksi, supir taksinya guede banget sampai-sampai kalau saya duduk di belakang joknya, kaki saya kegencet.

Negara Palau terdiri dari 300an pulau, tapi hanya 8 pulau yang didiami penduduk dan terbagi ke dalam 16 negara bagian. Total penduduknya kurang dari 20.000 orang saja, 2/3-nya tinggal di ibu kotanya, Koror. Jumlah segitu di Indonesia kan dipimpin oleh Lurah, nah di Palau dipimpin oleh seorang Presiden (saya jadi pengen tahu apa saja kerjaan presidennya). 30 % penduduk Palau merupakan pendatang yang berasal dari Filipina (70%nya), Jepang, Taiwan dan Amerika - jadi sebenarnya orang Palau asli hanya 13.000an saja. Saking sedikitnya penduduk, ke manapun berjalan pasti saja ada yang menyapa – tampaknya semua orang mengenal semua orang. Wah, susah juga untuk punya selingkuhan. Kata Jig, orang Palau yang tukang kapal, “Let me put this way, it’s even difficult for us if we want to flirt, we should ask them ‘who’s your mother and who’s your father’ because they might be our relatives!”. Hehe, bener juga, boro-boro mau selingkuh, mau ngeceng aja susah karena takut sodaraan!

Karena tidak ada transportasi umum, hari terakhir kami menyewa mobil untuk keliling-keliling kota Koror. Harganya lumayan masuk akal: 30$ untuk 24 jam dan boleh pakai SIM Indonesia, dapatnya mobil Toyota Corolla baru dengan transmisi otomatis (anehnya, Suzuki Katana yang busuk malah harga sewanya 50$!). Dari peta kelihatannya kota Koror itu besar karena jalannya menghubungi 4 pulau, jadilah kami mengisi bensin 5 galon. Lucunya, selain jalan di kanan tapi setir di kanan, satu negara ini tidak ada petunjuk arah jalan, tidak ada rambu-rambu lalu lintas, bahkan tidak ada lampu merah. Saking bingungnya, ujung jalan utama bisa-bisa berakhir di halaman rumah orang. Tololnya lagi, dalam waktu tidak sampai 10 menit, kami sudah mencapai ujung paling Timur sampai paling Barat. Halah, jarum penunjuk bensin saja tidak bergerak turun sedikit pun setelah seharian jalan.

Bahasa orang Palau ya bahasa Palau, meski semuanya bisa berbahasa (broken) Inggris. Sekolah tertinggi di sana cuman sampai 2 years college alias D2. Penghasilan Palau hanya dari turisme, mereka tidak mengekspor atau menghasilkan apapun. Jembatan, jalan, museum, semuanya dibangun dari grant negara asing. Sepertinya orang Palau malas-malas. Mereka yang punya tanah dan property disewakan ke para pendatang jadi setiap bulan mereka tinggal nagih duit sewa, sehari-hari mereka leyeh-leyeh aja. Kalaupun ada yang bekerja, kebanyakan pekerjaan mereka adalah jenis ‘kerah biru’seperti tukang kapal dan kasir supermarket, selain kerja di pemerintahan dan jadi polisi. Meskipun demikian, semua orang punya mobil dan semua rumah ber-AC, GDP mereka saja 5800 $ (Indonesia 900$). Pada abad milenium ini, mereka masih menyirih, baik laki-laki maupun perempuan, baik orang tua maupun anak muda. Sirih terbuat dari betelnut yang diolesi bubuk dari karang laut yang dibakar, dibungkus daun sirih, kadang disisipi tembakau rokok. Sebentar-sebentar mereka meludah, tak heran pingiran mulut mereka berwarna merah.

Palau mempunyai 4 radio lokal. Saya pernah dengar, semuanya tidak ada suara penyiarnya, jadi cuman nyalain kaset atau CD doang! TV lokal tentu tidak ada. TV kabel saja hanya bisa me-relay 12 channel stasion TV luar yang salah satunya TV Filipina. Koran lokal ada 2: Tia Belau yang terbit seminggu sekali dan Palau Horizon yang terbit dua kali seminggu (enak sekali jadi jurnalis di sana ya?). Ukuran korannya segede tabloid berisi 16 halaman saja. Headline-nya tentang power emergency dimana saat itu sedang dilanda krisis tenaga listrik jadi sering mati lampu eh mati listrik. Di sampingnya ada foto ¼ halaman, gambar dua orang Palau memelototi selembar kertas di dalam kantor yang gelap dan berantakan, caption-nya: gambar suasana kantor yang gelap dimana orang saja susah untuk membaca dokumen. Hahaha! Berita lain, tentang Presiden Palau yang menggunting pita dalam rangka peresmian jalan raya sepanjang 400 meter! Ada juga berita tentang suatu hari jellyfish lake sangat penuh dengan turis sampai mencapai 250 orang. Berita olah raga diisi dengan pertandingan bola basket antar perusahaan dengan foto orang main basket di dalam stadion tanpa penonton. Yang malah menempati satu halaman penuh adalah ramalan bintang. Sisanya berita-berita tentang negara-negara tetangganya di Micronesia. Selipan brosur di dalam koran adalah iklan sale dari Ben Franklin (department store terbesar di sana), isinya foto baju-baju bermerk yang tercantum harga-harga diskonnya, tapi...fotonya berlatar belakang tegel lantai rumah yang kotak-kotak kuning! Gila, bikin iklan cuek banget, masa foto produk dengan menjembreng baju-baju di lantai dan difoto! Hahaha!

Kesimpulan: Sebagai orang yang tinggal di negara dengan 230 juta penduduk, saya sangat terkesan dengan Palau yang very laid back dan sangat fiktif lucunya!


E-mail this post



Remenber me (?)



All personal information that you provide here will be governed by the Privacy Policy of Blogger.com. More...

|