Sandal Jepit Pejabat
Manila, 4 Desember 2004, jam 7 pagi.
Kami (saya dan 2 orang teman, Nina dan Jade) baru sampai di Centennial Airport, mau terbang dari Manila ke Puerto Princessa. Saat pemeriksaan paspor di pintu masuk, dari kejauhan tiba-tiba saya mendengar suara, “Aduh...aduhh...” - bahasa yang sangat familiar di tengah kerumunan orang yang berbahasa aneh. Buru-buru saya berlari ke sumber suara dan terlihat ada baju kotak-kotak di bawah troli dengan tumpukan kantong setinggi kulkas. Hah, Nina tertabrak troli dan jatuh tengkurap di lantai! Saya lalu membantunya berdiri, kakinya berdarah. Nina memberi kode bahwa yang menabraknya adalah seorang bapak-bapak muda yang berdiri di sebelahnya. Si bapak yang berdandan necis pakai jas itu membungkukan badan meminta-minta maaf.
Saya tetap tidak terima, lalu mengamuklah saya, “WHAT HAVE YOU DONE TO MY FRIEND?!” sambil menuding-nuding mukanya. Saat si bapak gelagapan menjawab, saya pun melihat tali sandal jepit Nina yang copot. Duh, kasihan dia, perjalanan masih panjang, masa dia nyeker? Saya lalu menyalak lagi, “WHAT ABOUT HER SANDALS?!”. Dengan takut-takut, si bapak itu membungkuk mengambil sandal jepit Nina. Saya pun pasang muka kencang dan berkacak pinggang, puluhan orang menonton kami dengan pandangan tegang juga. Si bapak berusaha membetulkan sandal Nina dengan memuntir-muntir tali sandal yang copot dan memasuk-masukkan ke lobangnya lagi. Setelah beres, bapak itu minta maaf lagi dan pergi.
Lalu kami mengantri lama sekali di counter check in, namun si bapak itu tiba-tiba bisa menyerobot antrian dengan diantar bapak-bapak lain juga yang memakai jas rapih. Hum, siapa dia ya? Kami mengopi dulu di dalam airport, saya dan Jade marah-marah ke Nina yang cuman pasrah diam tanpa menuntut apa-apa, “Belagak pincang kek, trus minta ganti rugi kek untuk sendal lu yang rusak, atau minta transpor gratis kek ke Sabang!”. Nina dengan santai menjawab, “Sudahlah, biarin aja. Lagian dia sudah minta maaf. Gua saking shock-nya sampe speechless, nggak bisa berbuat apa-apa selain nahan ketawa. Tapi gila juga lo tega nyuruh dia benerin sandal gua.” Kami semua tertawa, mentertawai tololnya kejadian tadi. “Gila, masa badan gua yang segede gini nggak keliatan sampe bisa ditabrak gitu!”, tambah Nina.
Jam 10.30 pagi mendaratlah kami di kota Puerto Princessa di pulau Palawan. Begitu turun dari pesawat, ada serombongan orang yang mengurubuti landasan, lengkap dengan kamera, blitz, kamera TV, dan mike. Ada apa ini? Rupanya para wartawan yang mengejar bapak-bapak yang menabrak Nina! Kami pun tambah bingung, siapa dia? Saya berinisiatif untuk bertanya kepada ke salah satu wartawan, ternyata dia adalah seorang CONGRESSMAN! Kalau di Indonesia, mungkin sejajar dengan anggota DPR yang terkenal, bisa jadi bak Adjie Massaid karena sama-sama ganteng dan muda. Dengan jahilnya, langsung saya melipir ke belakang si Congressman dan making face sambil memelet-meletkan lidah dan berteriak dalam bahasa Indonesia mumpung tidak ada yang ngerti, “Ah, bohong! Dobol! Huu!” sampai saya didorong body guard sebesar kulkas 3 pintu. Siapa dia punya banyak body guard?
Belum puas juga, saya mendekati salah satu wartawan, “Who’s this man?”
“Baham Mitra, a famous congressman from Palawan,” jawab si wartawan.
“Oh! You know what? This man hit my friend in Centennial airport. She fell down and bleed. Bla bla bla...”, saya ‘mengadu’ ke wartawan itu.
“Really, Ma’am?” tanya dia sambil terheran-heran dan sibuk mencatat. Dia juga bertanya saya dari mana, kejadian rincinya bagaimana, dan seterusnya.
Sehabis itu, kami semua ngakak berguling-guling! Well, mengingat koran Filipina yang suka menulis hal yang tidak penting. Ada kemungkinan beritanya masuk dengan judul “Congressman hit Indonesian tourist in Centennial Airport”. Apalagi dia seorang wakil daerah yang sangat terkenal dan mungkin saja dimanfaatkan oleh lawan politiknya.
Dari airport kami naik tricycle ke stasion bis. Di sepanjang jalan kami melihat banyak billboard besar dengan muka close-up Baham Mitra, lengkap dengan kampanye-kampanyenya. Wah, orang ini terkenal sekali di sini. Besoknya saat kami membayar karcis kapal untuk ke Underground River, kami melihat poster-poster Baham Mitra lagi. Kata si petugas, Baham orang ngetop nomor 1 di Palawan, bahkan dia anaknya Senator yang terkenal di Filipina. Mungkin di Indonesia bagaikan keluarga Soekarno yang bapak dan anak sama-sama politikus. Waduh, this man is something! Di penginapan kami pun terdapat poster-posternya. Kata yang punya penginapan, Baham Mitra memang terkenal dan sangat dipuja masyarakat Palawan, dan kabar baiknya, dia berumur 34 tahun dan masih lajang.
Dari hasil browsing, Baham Mitra adalah seorang Congressman Filipina lulusan S2 Politik di UCLA, seorang pelopor gerakan ’delayed in marriage’ karena dianggap memperlambat pertumbuhan ekonomi di Filipina, dan juga seorang ketua klub anjing Labrador di Palawan. Pantesan dia masih jomblo dan membawa troli setinggi kulkas isinya berkantong-kantong makanan anjing yang banyak banget sampai menabrak Nina. Duh, jadi tambah merasa bersalah...masa seorang pejabat terkenal dan terhormat saya paksa memperbaiki sandal jepit jelek! Saya jadi membayangkan seandainya Adjie Massaid atau Guruh Soekarnoputra membungkuk-bungkuk memperbaiki sandal jepit seorang turis cewek Asia di bandara Soekarno-Hatta sambil dimarah-marahin...
Kami (saya dan 2 orang teman, Nina dan Jade) baru sampai di Centennial Airport, mau terbang dari Manila ke Puerto Princessa. Saat pemeriksaan paspor di pintu masuk, dari kejauhan tiba-tiba saya mendengar suara, “Aduh...aduhh...” - bahasa yang sangat familiar di tengah kerumunan orang yang berbahasa aneh. Buru-buru saya berlari ke sumber suara dan terlihat ada baju kotak-kotak di bawah troli dengan tumpukan kantong setinggi kulkas. Hah, Nina tertabrak troli dan jatuh tengkurap di lantai! Saya lalu membantunya berdiri, kakinya berdarah. Nina memberi kode bahwa yang menabraknya adalah seorang bapak-bapak muda yang berdiri di sebelahnya. Si bapak yang berdandan necis pakai jas itu membungkukan badan meminta-minta maaf.
Saya tetap tidak terima, lalu mengamuklah saya, “WHAT HAVE YOU DONE TO MY FRIEND?!” sambil menuding-nuding mukanya. Saat si bapak gelagapan menjawab, saya pun melihat tali sandal jepit Nina yang copot. Duh, kasihan dia, perjalanan masih panjang, masa dia nyeker? Saya lalu menyalak lagi, “WHAT ABOUT HER SANDALS?!”. Dengan takut-takut, si bapak itu membungkuk mengambil sandal jepit Nina. Saya pun pasang muka kencang dan berkacak pinggang, puluhan orang menonton kami dengan pandangan tegang juga. Si bapak berusaha membetulkan sandal Nina dengan memuntir-muntir tali sandal yang copot dan memasuk-masukkan ke lobangnya lagi. Setelah beres, bapak itu minta maaf lagi dan pergi.
Lalu kami mengantri lama sekali di counter check in, namun si bapak itu tiba-tiba bisa menyerobot antrian dengan diantar bapak-bapak lain juga yang memakai jas rapih. Hum, siapa dia ya? Kami mengopi dulu di dalam airport, saya dan Jade marah-marah ke Nina yang cuman pasrah diam tanpa menuntut apa-apa, “Belagak pincang kek, trus minta ganti rugi kek untuk sendal lu yang rusak, atau minta transpor gratis kek ke Sabang!”. Nina dengan santai menjawab, “Sudahlah, biarin aja. Lagian dia sudah minta maaf. Gua saking shock-nya sampe speechless, nggak bisa berbuat apa-apa selain nahan ketawa. Tapi gila juga lo tega nyuruh dia benerin sandal gua.” Kami semua tertawa, mentertawai tololnya kejadian tadi. “Gila, masa badan gua yang segede gini nggak keliatan sampe bisa ditabrak gitu!”, tambah Nina.
Jam 10.30 pagi mendaratlah kami di kota Puerto Princessa di pulau Palawan. Begitu turun dari pesawat, ada serombongan orang yang mengurubuti landasan, lengkap dengan kamera, blitz, kamera TV, dan mike. Ada apa ini? Rupanya para wartawan yang mengejar bapak-bapak yang menabrak Nina! Kami pun tambah bingung, siapa dia? Saya berinisiatif untuk bertanya kepada ke salah satu wartawan, ternyata dia adalah seorang CONGRESSMAN! Kalau di Indonesia, mungkin sejajar dengan anggota DPR yang terkenal, bisa jadi bak Adjie Massaid karena sama-sama ganteng dan muda. Dengan jahilnya, langsung saya melipir ke belakang si Congressman dan making face sambil memelet-meletkan lidah dan berteriak dalam bahasa Indonesia mumpung tidak ada yang ngerti, “Ah, bohong! Dobol! Huu!” sampai saya didorong body guard sebesar kulkas 3 pintu. Siapa dia punya banyak body guard?
Belum puas juga, saya mendekati salah satu wartawan, “Who’s this man?”
“Baham Mitra, a famous congressman from Palawan,” jawab si wartawan.
“Oh! You know what? This man hit my friend in Centennial airport. She fell down and bleed. Bla bla bla...”, saya ‘mengadu’ ke wartawan itu.
“Really, Ma’am?” tanya dia sambil terheran-heran dan sibuk mencatat. Dia juga bertanya saya dari mana, kejadian rincinya bagaimana, dan seterusnya.
Sehabis itu, kami semua ngakak berguling-guling! Well, mengingat koran Filipina yang suka menulis hal yang tidak penting. Ada kemungkinan beritanya masuk dengan judul “Congressman hit Indonesian tourist in Centennial Airport”. Apalagi dia seorang wakil daerah yang sangat terkenal dan mungkin saja dimanfaatkan oleh lawan politiknya.
Dari airport kami naik tricycle ke stasion bis. Di sepanjang jalan kami melihat banyak billboard besar dengan muka close-up Baham Mitra, lengkap dengan kampanye-kampanyenya. Wah, orang ini terkenal sekali di sini. Besoknya saat kami membayar karcis kapal untuk ke Underground River, kami melihat poster-poster Baham Mitra lagi. Kata si petugas, Baham orang ngetop nomor 1 di Palawan, bahkan dia anaknya Senator yang terkenal di Filipina. Mungkin di Indonesia bagaikan keluarga Soekarno yang bapak dan anak sama-sama politikus. Waduh, this man is something! Di penginapan kami pun terdapat poster-posternya. Kata yang punya penginapan, Baham Mitra memang terkenal dan sangat dipuja masyarakat Palawan, dan kabar baiknya, dia berumur 34 tahun dan masih lajang.
Dari hasil browsing, Baham Mitra adalah seorang Congressman Filipina lulusan S2 Politik di UCLA, seorang pelopor gerakan ’delayed in marriage’ karena dianggap memperlambat pertumbuhan ekonomi di Filipina, dan juga seorang ketua klub anjing Labrador di Palawan. Pantesan dia masih jomblo dan membawa troli setinggi kulkas isinya berkantong-kantong makanan anjing yang banyak banget sampai menabrak Nina. Duh, jadi tambah merasa bersalah...masa seorang pejabat terkenal dan terhormat saya paksa memperbaiki sandal jepit jelek! Saya jadi membayangkan seandainya Adjie Massaid atau Guruh Soekarnoputra membungkuk-bungkuk memperbaiki sandal jepit seorang turis cewek Asia di bandara Soekarno-Hatta sambil dimarah-marahin...