« Home | Tragedi Paspor » | Mau Murah, Tahanlah Lapar » | Lost in Translation » | Pertandingan Olah Raga? Bete! » | Menunggu Angin demi Adrenalin » | Taman Permainan Seram » | Uwel-uwelan kabel » | The truth about European train » | Pilipina, Filipina, atau Pilifina? » | Hotel Kelebihan Bintang »

Monday, July 10, 2006

Kecil tapi Penting

Selain membawa dokumen, pakaian, alas kaki, alat mandi, alat tulis, kamera, dan obat-obatan, ada benda-benda yang menurut saya penting dibawa saat traveling. Apalagi saya seringnya traveling sendirian di negeri antah berantah, perempuan pula. Tujuan saya membawa benda-benda ini adalah demi keamanan, penghematan, kepraktisan, dan kebersihan. Maklum, sebagai backpacker harus travel light dengan duit terbatas.

Tas badan
Saya tidak tahu bahasa Indonesianya apa untuk benda ini. Yang jelas bentuknya seperti tas pinggang kecil tapi sangat tipis, dipakai menempel di badan sebelum pakai celana dan baju. Terbuat dari kain mirip blacu, gunanya sebagai tempat menaruh dokumen penting, seperti paspor, kartu kredit, tiket, dan uang kertas. Karena tipis dan fleksibel, kita serasa tidak memakainya, dari luar pun tidak kelihatan gembung atau apapun. Tas ini menempel di badan ke manapun saya pergi, bahkan saat tidur sekalipun. Untuk mengambil paspor saja saya harus menarik baju dan memelorotkan celana di depan petugasnya, kebayang repotnya kalau ada yang berani nyolong, pasti keburu ada perlawanan. Paling tidak ada usaha dulu, daripada merelakan duit dan dokumen penting ditaruh di tas tangan yang mudah saja dicolong.

Pepper Spray
Dulu-dulu saya tidak pernah membawa benda ini, tapi suatu hari saya diberi oleh seorang teman, lama-lama saya merasa tidak pede kalau tidak membawa benda ini. Semprotan ini entah isinya apa, namun dari pembungkusnya saya baca bisa membuat mata perih dan bengkak juga membuat orang sesak napas. Benda ini tidak bisa jauh dari saya, makanya sering sengaja saya taruh di dalam saku celana, bahkan saat tidur sekalipun (apalagi menginap di hostel sekamar dengan orang-orang yang tidak dikenal, malah bisa jadi saya cewek sendiri). Teorinya memang tidak seratus persen ampuh untuk bela diri, tapi paling tidak bisa memanjangkan waktu untuk lari kabur. Meskipun sampai saat ini saya tidak pernah menggunakannya dalam keadaan terdesak (amit-amit, jangan sampe!) tapi saya pernah iseng mengetes. Saya menyemprot ke sudut ruangan kantor saya yang lagi sepi, teman saya yang berjarak 2 meter terbatuk-batuk. Hehe, cukup ampuh bukan?

Pisau lipat
Maksudnya swiss army knife, bukan pisau jawara. Dalam satu genggaman ada pisau, gunting, kaca pembesar, bukaan botol, gergaji mini, obeng, pinset, kikiran kuku, bahkan tusuk gigi. Dari nama-nama alatnya saja sudah tahu kegunaannya bukan? Menurut saya, yang menciptakan pisau jenis ini sangat brilian! Bisa jadi benda ini dipakai juga sebagai alat bela diri, tapi terus terang saya lebih sering menggunakannya untuk mengoles mentega di roti, buka botol wine, dan mencabut alis. Hehe! Bicara kemungkinan terburuk, kalau saya terdampar di pulau terpencil sepert film Cast Away (lagi-lagi, amit-amit jangan sampai terjadi!), saya merasa 'aman' bila membawa pisau jenis ini karena memang diciptakan untuk survival. Tapi ingat, jangan menaruh di dalam tas tangan kalau mau terbang naik pesawat, soalnya saya pernah lupa memindahkan ke dalam ransel yang masuk bagasi. Pas lewat Sinar X, tiba-tiba saja saya dikepung petugas dan pisau saya disita. Sial!

Sarung Bali
Keuntungannya banyak. Bisa buat alas duduk kalau lagi ke pantai, bisa jadi baju atau rok kalau kekurangan pakaian, bisa jadi selimut atau syal kalau kedinginan, bisa juga jadi sprei atau sarung bantal. Mengapa spesifik 'sarung bali' bukan sarung kotak-kotak, karena motifnya yang menarik, bahannya tipis, bisa dilipat jadi kecil, dan kalau basah pun cepat kering. Kalau ke pantai, saya malas bawa bawahan karena pasti jadi basah dan kotor, pakailah sarung yang tinggal dililit di pinggang. Kalau musim dingin, tinggal dililit di leher – warnanya yang ‘ngejreng’ matching juga kok. Kalau menginap di hostel kadang tidak termasuk seprei, jadi tinggal menggelar sarung saja di atas tempat tidur. Betapa saya merasa beruntung bawa sarung ketika saya menginap di losmen-losmen di Asia Tenggara dimana sering bau sarung bantalnya tidak sedap – mulai dari bau lembab sampai bau minyak rambut murahan, jadi dengan dibungkus sarung tidur makin mantap.

Celana dalam disposable
Jangan ketawa dulu. Memang bentuknya jelek dan kurang nyaman dipakai, tapi ini cara yang paling praktis dan higinis, habis dipakai tinggal dibuang. Kalau celana dalam beneran kan harus rajin dicuci – mending kering, belum lagi harus mikir mau dijemur di mana. Saat ini disposable panty bisa dibeli di supermarket besar di manapun, ada ukuran S sampai XL, berwarna putih dan bermotif bunga-bunga kecil, satu dus isi 7. Sedikit tips dari saya, jangan memakai dalam keadaan badan masih basah dan jangan memakai terburu-buru karena bahannya tipis sehingga mudah robek. Sekali salah injak kaki atau narik terlalu kencang, tamatlah riwayatnya. Satu lagi, kalau pakai celana panjang hipster model sekarang atau yang garis pinggangnya jatuh di pinggul, jangan pula pakai celana dalam model ini. Ya ampun, jelek banget kalau nongol dari belakang pas duduk!


E-mail this post



Remenber me (?)



All personal information that you provide here will be governed by the Privacy Policy of Blogger.com. More...

|