'Jaim'-nya Perjalanan Bisnis
Tidak enaknya perjalanan bisnis adalah capek. Mungkin karena orang kantor pusat jarang sekali ke daerah, sekalinya ketemu agenda jadi dibuat penuh. Seharian digeber untuk meeting atau keliling sampai malam. Habis makan malam, di saat saya ingin istirahat, mereka pasti mengajak saya jalan lagi. Parahnya, kalau penguasa daerah sana suka minum, terpaksa saya lanjut dugem sampai pagi dengan menjaga batas asupan alkohol karena harus ‘jaim’. Hebatnya, beberapa jam kemudian tetap lanjut meeting atau keliling. Ffuih! Kedua, saya harus bersedia dititipi oleh-oleh oleh orang sekantor. Kebanyakan sih makanan, tapi bisa-bisa saya bawa sedus makanan tradisional seperti keripik, kerupuk, dodol, kacang, sampai klappertaart, otak-otak, dan kepiting.
Tapi perjalanan bisnis menurut saya enaknya banyak. Saking seringnya saya terbang keluar kota naik Garuda, saya langsung mendaftarkan diri menjadi anggota Garuda Frequent Flyer. Point-nya bisa dikumpul untuk ditukarkan dengan tiket gratis yang bisa saya gunakan untuk liburan pribadi. Untungnya lagi, bensin jadi irit karena mobil saya cuman nganggur di garasi rumah akibat tidak jalan beberapa hari. Uang jalan (per diem) juga lumayan untuk ditabung karena saya sering ditraktir makan oleh orang daerah.
Dengan perjalanan bisnis, saya jadi kenal banyak orang - saking banyaknya, saya sering lupa nama mereka. Senang juga rasanya menebak wujud orang yang akan saya temui, karena sebelumnya kami hanya berhubungan lewat email atau telepon. Lucunya, mereka selalu salah menebak saya karena nama saya yang sedemikian canggihnya yang katanya tidak sesuai dengan wujud dan perangainya.
Paling senang bila perjalanan bisnis yang dimulai hari Senin atau diakhiri hari Jumat. Kalau tempatnya menyenangkan, saya biasanya extend, kalau perlu menambah cuti sehari dua hari. Apalagi kalau pas ke Bali, meski saya benci meeting atau conference di sana karena harus berbaju rapih di antara orang yang ber-tank top dan celana pendek. Biasanya saya extend bila perjalanan bisnis pas di tempat diving, seperti Lombok, Balikpapan, atau Manado - lumayan tidak usah keluar ongkos pesawat. Keuntungan pribadi lainnya, saya suka memanfaatkan jaringan kantor cabang bila ingin mencari informasi atau memesan hotel. Dengan harga corporate, saya bisa berhemat menginap saat liburan pribadi. Kadang saya menemui orang daerah untuk mengajak jalan, yang akhirannya saya ditraktir lagi.
Saya sama sekali tidak masalah bila ada orang daerah yang ke Jakarta mengajak saya jalan. Saya pasti akan melakukan hal yang sama, mengantar mereka jalan dan mentraktir. Tapi sepertinya semua orang mempunyai saudara atau teman yang lebih penting daripada saya untuk ditemui di Jakarta, jadilah saya tidak mempunyai kesempatan untuk membalas jasa.