Dimana Andorra?
“Andorra? Di mana tuh?”. Pertanyaan ini pasti muncul ketika saya memberi kabar bahwa saya sedang ada di Andorra. Ia adalah salah satu negara terkecil di dunia yang terletak di Eropa, ‘nyempil’ di antara negara Spanyol dan Perancis. Baru merdeka tahun 1993, sebelumnya dijajah oleh Perancis sebagai kepala pemerintahan dan Spanyol sebagai kepala keuskupan. Penduduknya cuman 70.000 orang dengan luas negara 468 km persegi, sebagian besar menetap di ibu kotanya yang bernama Andorra la Vella dengan mata pencaharian buka toko kalee. Seperti orang Singapura yang beli telor di Batam, orang Spanyol dan Perancis datang ke situ hanya untuk berbelanja atau sekedar mengisi bensin karena harga di Andorra 25% lebih murah. Selain terkenal dengan surga berbelanja, Andorra merupakan tempat ski favorit di musim salju.
Uniknya, Andorra hanya memiliki satu jalan utama yang membelah pegunungan Pyrenees yang tembus dari Spanyol ke Perancis. Meski demikian, mobil-mobil pada ngebut sehingga sulit untuk menyebrang jalan, sampai-sampai polisi di sana saya perhatikan kerjanya hanya membantu orang menyebrang jalan. Perumahan dan hotel murah terletak di kemiringan pegunungan, sehingga jalannya menanjak dan berliku – setiap hari bisa dikatakan saya hiking. Ada 1 jalan shortcut yaitu naik sebuah lift khusus yang menghubungkan jalan utama ke perumahan. Kalau di Jakarta saat rush hour jalan Sudirman macet karena penuh mobil, kalau di Andorra la Vella ‘macet’ karena penuh orang ngantri mau masuk lift. Unik kedua, Andorra tidak mempunyai sistem pos, semua surat dari dan ke alamat yang masih dalam satu negara akan dikirim gratis. Untuk pengiriman antar negara, ada 2 sistem pos berbeda yang dioperasikan oleh negara Perancis dan Spanyol, mereka jugalah yang membuatkan perangko khusus untuk Andorra sehingga perangko di sana ada 2 versi.
Maksud hati ingin menghemat biaya hidup dengan tinggal di negara yang termasuk murah di Eropa, namun apa daya akhirnya saya menghabiskan banyak uang di sini. Pertama, saya pergi ke Caldea – the largest spa complex in Europe. Rasanya tidak mungkin melewatkan sesuatu yang merupakan kategori ‘jangan bilang pernah ke sana kalau tidak pergi ke tempat itu’ contohnya seperti ‘jangan bilang pernah ke Perancis kalau belum pernah ke Eiffel Tower’. Memang hebat tempat ini, di gedung berbentuk piramid terbuat dari kaca, di dalamnya terdapat kolam renang air panas indoor lengkap dengan hydromassage pool, jacuzzi dan swan’s neck. Lalu ada area fitness antara lain terdiri dari aqua-massage, sauna, hammam, wood’s lighting (relaksasi dengan ion negatif). Lalu ada kolam renang outdoor dimana saya bisa berendam di jacuzzi sambil memandang pegunungan, lampu kota, dan melihat matahari terbenam. Wah, saya serasa Onasis! Saya juga minum di Sirius Bar Panoramic yang katanya bar tertinggi dengan spectacular view di negara itu, kedengarannya sih heboh tapi ternyata cuman ada 4 meja dan terletak di lantai 11 doang.
Kedua, saya terpengaruh secara psikologis bahwa harga barang-barang di Andorra lebih murah, sehingga saya melakukan (sedikit) shopping meskipun di Indonesia saya tidak suka shopping. Contohnya saja barang bermerk Zara dan Mango berasal dari Spanyol, namun di Andorra harganya lebih murah. Jadilah saya merelakan kartu kredit saya digesek demi membelikan oleh-oleh untuk 3 keponakan tersayang, dan tentunya untuk menghadiahi diri saya sendiri sepotong celana panjang dan sebuah tas tangan.
Ketiga, karena masalah bahasa (mereka berbahasa Catalan), untuk makan saya jadi harus bayar lebih. Minta bon, dikasih kopi. Minta ayam doang dikasih paket ayam dan kentang dan minum. Minta sandwich dikasih kue dimasukkan ke french bread. Pokoknya aneh banget penerimaan bahasanya. Entah mereka sengaja berlagak tidak mengerti supaya dapat duit lebih banyak, atau saya yang bego banget bahasa ‘tunjuk-tunjuk’-nya.