« Home | Pack your bag and head to the shore! » | Lebaran di (Kolam Renang) Negara Jiran » | Menghitung Hari Cuti » | Traveling with Superstar (2) » | Traveling with Superstar » | Traveling dulu vs sekarang » | Pulau James Bond dan Candi Angelina Jolie » | Takut Maling, Bukan Takut Teroris » | Susah Selingkuh di Palau » | Palau: negara hiu! »

Thursday, December 07, 2006

Berbikini di tengah kemacetan kota

Banyak alasan mengapa kita bisa ‘saltum’ (salah kostum) saat traveling, terutama bila traveling dalam waktu yang cukup lama dan ala backpacker pula. Saltum sering terjadi pada hari-hari terakhir traveling dimana pakaian sudah habis tapi malas mencuci. Mulailah saya sibuk membongkar ransel dan mengendus-endus bau pakaian – yang tidak terlalu bau, maka akan dipakai ulang. Sialnya, seringkali pakaian yang tersisa kok ya tidak serasi? Bayangkan saja kostum saya pada malam terakhir di Koror, Palau, saat mau dugem: kaos berkerah warna coklat tua, celana training 7/8 warna biru muda pastel, plus sepatu sneakers warna hijau tentara dan kaos kaki hitam. Hiii!

Akibat ketidakpedulian akan kostum juga bisa membuat saltum, bahkan bayar uang ekstra. Kalau traveling ke negara tropis, selain untuk meringankan ransel dan supaya tidak kepanasan, bawaannya kan celana pendek dan kaos kutung. Tapi ketika mengunjungi tempat wisata religius, seperti candi-candi di Bangkok, ada candi yang mempunyai peraturan bahwa pengunjung harus berpakaian rapih, tidak boleh terlalu terbuka alias yang kelihatan ketiak dan paha, bahkan tidak boleh pakai alas kaki yang terbuka. Alhasil saya harus sewa sarung untuk menutup paha dan kain penutup lengan untuk bisa masuk ke candi – yah, keluarin duit lagi deh!

Paling bingung kalau traveling ke tempat yang perbedaan suhunya lumayan besar, contohnya perjalanan saya yang dimulai dari Helsinki yang bersuhu -5°C dan diakhiri di Athena yang bersuhu 20°C. Saya menyesal hanya membawa winter jacket dan tidak membawa light jacket. Orang sampai menyangka saya penyakitan dengan jaket super tebal di antara orang yang memakai celana pendek dan kaos saja. Mau pakai celana pendek kok ya tidak cocok dipadukan dengan winter jacket, mau dibuka saja jaketnya kok ya udara masih dingin. Duh, serba salah! Namun yang pasti membuat saltum ketika saya di Melbourne, dimana kota itu terkenal dengan sebutan ‘4 seasons in a day’. Karena langit terang benderang, dengan pedenya saya pakai kaos dan celana sedengkul. Baru jalan sebentar, turun hujan. Kaos baru saja kering di badan, datanglah angin dingin menusuk tulang. Giliran jaket dipakai, matahari kembali bersinar terang. Haduh!

Kejadian saltum paling bodoh adalah ketika saya ingin pergi ke Bukit Bendera (Penang Hill, Malaysia) yang katanya pemandangan dari atas sana sangat spektakuler, bisa melihat panorama kota Georgetown, Penang Bridge dan Selat Malaka sekaligus. Saya pernah baca di buku panduan bahwa di sana suhunya 5°C, jadilah saya bela-belain pakai baju tebal karena parno dengan udara dingin – celana jeans, kaos didobel, jaket, topi, kaos kaki, dan sepatu. Maklum saya kurang suka udara dingin karena bikin saya alergi, efeknya badan bisa gatal-gatal luar biasa dan timbul lah ruam kemerahan bagaikan digigit serangga. Alhasil sampai di sana... cuaca terang benderang, tidak dingin sama sekali, dan tidak satu orang pun memakai baju setebal saya. Sambil marah-marah mengutuk buku, saya pun membaca ulang. Kalimatnya begini: Bukit Bendera is located 830 meter above sea level, the temperature can be 5°C lower than in the city. Sial, salah baca ni yee!

Kejadian saltum paling memalukan adalah ketika saya dan 2 orang teman menyewa kapal nelayan untuk keliling-keliling di pulau-pulau kecil tak berpenghuni di sekitar Honda Bay, Filipina. Pulangnya kami malas menumpang mandi dan ganti baju, jadilah kami yang hanya berbikini naik tricycle (becak bermotor roda 3) ke Puerto Princessa. Perjalanan yang katanya hanya 15 menit kami anggap cingcay lah untuk berbikini, hitung-hitung sambil mengeringkan badan, lagian kami berada di tengah hutan belantara yang jarang ada orang. Sepanjang perjalanan kami pun asik mengobrol... sampai tersadar ketika makin lama makin banyak cowok-cowok dari kejauhan menyuiti kami. Ada apa ini? Kenapa becak makin lama jalannya makin lambat? Kenapa di sekeliling kami penuh kendaraan yang mengantri? Ini dimana? Hah? Ya ampun, habislah kami diketawain para pengendara mobil dan motor. Rupanya kami benar-benar out of place: 3 cewek Asia, di atas becak terbuka, pake bikini, di tengah kota yang lagi macet jam pulang kantor! Halah malunya...

Moral of the story: Syarat kostum yang benar untuk traveling adalah: pertama, sebelum berangkat pelajarilah tempat tujuan dengan seksama, termasuk adat istiadat dan cuaca. Kedua, rajinlah laundry atau mencuci pakaian sendiri sehingga masih punya banyak stok pakaian bersih.


E-mail this post



Remenber me (?)



All personal information that you provide here will be governed by the Privacy Policy of Blogger.com. More...

|