Nonton tivi di Hanoi
Pergi ke tempat-tempat wisata saat traveling memang wajib dilakukan, tapi saya toh lebih tertarik memperhatikan hal-hal di luar tempat wisata itu sendiri, seperti orang-orangnya, budayanya, toiletnya, sampai tayangan tivi lokalnya. Di guesthouse tempat saya menginap di Hanoi, Vietnam, terletak sangat strategis di daerah Old Quarter. Dengan harga US$ 10/malam untuk berdua, fasilitasnya sangat lumayan: kamar mandi dalam dengan bathtub, AC dan Fan (yang tidak pernah dinyalakan karena udaranya sudah duingin), kulkas, dan TV. Jadilah saya memperhatikan tayangan tivi lokal Vietnam di waktu luang.
Saluran tivi di sana ada 3, yaitu VTV 1, VTV 2, VTV 3 – singkatan dari Viet Nam Television, yang sepenuhnya dimiliki oleh negara sebagai alat informasi penyebaran ideologi dan budaya nasional (komunis banget). Sebenarnya ada saluran VTV 4 dan VTV 5 tapi tidak tertangkap di TV guesthouse. Mayoritas acaranya lokal, seperti siaran berita, siaran pembangunan, sinetron, musik, dan pendidikan. Pokoknya persis seperti TVRI 30 tahun yang lalu, hanya bedanya mereka cuek menayangkan adegan ciuman. Soal iklan, jarang sekali ada. Kalaupun ada, kualitas iklannya seperti iklan Tje Fuk yang dibuat dengan teknik sangat sederhana. Iklan yang paling lucu adalah iklan obat flu dimana ada bapak-bapak yang bersin saking kerasnya sampai poninya yang panjang terlempar! Ikan yang hanya berisi ‘bersin-poni lempar-nama obat’ ini berdurasi 5 detik, diulang pula sampai 3 kali berturut-turut.
Sedangkan tayangan musiknya lumayan sering dengan menampilkan bintang-bintang lokal bernyanyi di studio dengan teknik minus one. Pakaian penyanyinya sangat formal, yang cewek pakai baju nasional atau baju pesta yang kerlip-kerlip, yang cowok pakai jas dan dasi.Yang paling lucu adalah grup vokal 4 orang pria, ceritanya bergaya boyband tapi kok sudah ubanan. Mereka duduk di kursi bar, bernyanyi bergantian sambil masing-masing memangku laptop! Apa coba? Mungkin lagunya tentang teknologi laptop masa kini, saya tidak tahu. Sekali saya pernah nonton acara musik lagu barat, dipandu oleh seorang cewek yang ceritanya jadi vj, tapi lagu-lagunya jaman jebot banget seperti ‘Believe’-nya Cher dan lagu ‘Opposite Attract‘-nya Paula Abdul.
Yang paling ‘mengenaskan’ adalah semua tayangan berbahasa Inggris di-dubbing dalam bahasa Vietnam. Jadi mulai dari cuplikan berita bola dari ESPN, film seri Bart Simpsons sampai Desperate Housewives, semuanya di-dubbing. Boro-boro dubbing-nya pakai teknik sinkronisasi atau pakai suara yang berbeda-beda antara pria, wanita, anak-anak – semua dubbing hanya ada satu suara, yang dilakukan oleh seorang ibu-ibu! Jadi suara Bart, Hommer, maupun Margie semuanya ya suara si ibu-ibu itu. Setiap jam 10 malam ada tayangan film-film Hollywood, saya pernah nonton 2 kali, yaitu film The Last Mohicans dan The Missing - entah kebetulan atau tidak, mungkin mereka senang dengan film tentang Indian. Sepanjang film si ibu-ibu itu pula yang jadi dubber-nya! Lucu juga melihat Daniel Day-Lewis dan Tommy Lee Jones yang macho itu bersuara ibu-ibu berbahasa Vietnam. Anehnya lagi, saya pikir dubber hanya untuk suara di film saja, ternyata setelah film habis, dubber juga membacakan keseluruhan credit title dalam bahasa Vietnam, seperti directed by, produced by, written by, dan seterusnya ikut dibacakan. Saya jadi berpikir, ini sih bukannya orang Vietnam yang tidak bisa berbahasa Inggris, tapi mungkin juga banyak yang buta huruf! Saya pun berasumsi, pasti si ibu-ibu tukang dubber tunggal senegara Vietnam ini kaya raya sekali.
Ada sih acara yang tidak di-dubbing, yaitu pelajaran bahasa Inggris jam 11 malam. Gurunya seorang bapak-bapak yang menerangkan dalam bahasa Vietnam dan memberikan contoh dalam bahasa Inggris yang sempurna. Duh, gimana bangsa itu bisa berbahasa Inggris, kalau semuanya di-dubbing dalam bahasa Vietnam dan pelajaran bahasa Inggris diadakan jam 11 malam! Untunglah saya berteman baik dengan para staf guesthouse, jadi bisa merengek untuk minta dinyalakan saluran HBO di kamar. Rupanya HBO itu ditangkap dari Thailand, jadi pakai subtitle bahasa Thailand. Lumayan lah bisa menonton tayangan yang berbahasa Inggris, at least tidak di-dubbing...
Saluran tivi di sana ada 3, yaitu VTV 1, VTV 2, VTV 3 – singkatan dari Viet Nam Television, yang sepenuhnya dimiliki oleh negara sebagai alat informasi penyebaran ideologi dan budaya nasional (komunis banget). Sebenarnya ada saluran VTV 4 dan VTV 5 tapi tidak tertangkap di TV guesthouse. Mayoritas acaranya lokal, seperti siaran berita, siaran pembangunan, sinetron, musik, dan pendidikan. Pokoknya persis seperti TVRI 30 tahun yang lalu, hanya bedanya mereka cuek menayangkan adegan ciuman. Soal iklan, jarang sekali ada. Kalaupun ada, kualitas iklannya seperti iklan Tje Fuk yang dibuat dengan teknik sangat sederhana. Iklan yang paling lucu adalah iklan obat flu dimana ada bapak-bapak yang bersin saking kerasnya sampai poninya yang panjang terlempar! Ikan yang hanya berisi ‘bersin-poni lempar-nama obat’ ini berdurasi 5 detik, diulang pula sampai 3 kali berturut-turut.
Sedangkan tayangan musiknya lumayan sering dengan menampilkan bintang-bintang lokal bernyanyi di studio dengan teknik minus one. Pakaian penyanyinya sangat formal, yang cewek pakai baju nasional atau baju pesta yang kerlip-kerlip, yang cowok pakai jas dan dasi.Yang paling lucu adalah grup vokal 4 orang pria, ceritanya bergaya boyband tapi kok sudah ubanan. Mereka duduk di kursi bar, bernyanyi bergantian sambil masing-masing memangku laptop! Apa coba? Mungkin lagunya tentang teknologi laptop masa kini, saya tidak tahu. Sekali saya pernah nonton acara musik lagu barat, dipandu oleh seorang cewek yang ceritanya jadi vj, tapi lagu-lagunya jaman jebot banget seperti ‘Believe’-nya Cher dan lagu ‘Opposite Attract‘-nya Paula Abdul.
Yang paling ‘mengenaskan’ adalah semua tayangan berbahasa Inggris di-dubbing dalam bahasa Vietnam. Jadi mulai dari cuplikan berita bola dari ESPN, film seri Bart Simpsons sampai Desperate Housewives, semuanya di-dubbing. Boro-boro dubbing-nya pakai teknik sinkronisasi atau pakai suara yang berbeda-beda antara pria, wanita, anak-anak – semua dubbing hanya ada satu suara, yang dilakukan oleh seorang ibu-ibu! Jadi suara Bart, Hommer, maupun Margie semuanya ya suara si ibu-ibu itu. Setiap jam 10 malam ada tayangan film-film Hollywood, saya pernah nonton 2 kali, yaitu film The Last Mohicans dan The Missing - entah kebetulan atau tidak, mungkin mereka senang dengan film tentang Indian. Sepanjang film si ibu-ibu itu pula yang jadi dubber-nya! Lucu juga melihat Daniel Day-Lewis dan Tommy Lee Jones yang macho itu bersuara ibu-ibu berbahasa Vietnam. Anehnya lagi, saya pikir dubber hanya untuk suara di film saja, ternyata setelah film habis, dubber juga membacakan keseluruhan credit title dalam bahasa Vietnam, seperti directed by, produced by, written by, dan seterusnya ikut dibacakan. Saya jadi berpikir, ini sih bukannya orang Vietnam yang tidak bisa berbahasa Inggris, tapi mungkin juga banyak yang buta huruf! Saya pun berasumsi, pasti si ibu-ibu tukang dubber tunggal senegara Vietnam ini kaya raya sekali.
Ada sih acara yang tidak di-dubbing, yaitu pelajaran bahasa Inggris jam 11 malam. Gurunya seorang bapak-bapak yang menerangkan dalam bahasa Vietnam dan memberikan contoh dalam bahasa Inggris yang sempurna. Duh, gimana bangsa itu bisa berbahasa Inggris, kalau semuanya di-dubbing dalam bahasa Vietnam dan pelajaran bahasa Inggris diadakan jam 11 malam! Untunglah saya berteman baik dengan para staf guesthouse, jadi bisa merengek untuk minta dinyalakan saluran HBO di kamar. Rupanya HBO itu ditangkap dari Thailand, jadi pakai subtitle bahasa Thailand. Lumayan lah bisa menonton tayangan yang berbahasa Inggris, at least tidak di-dubbing...