Satu malam bersama TKI
Maaf, bukannya saya menjelek-jelekan para Tenaga Kerja Indonesia, tapi saya selalu merasa terganggu sekaligus terhibur ketika saya harus satu pesawat dengan mereka. Maklumlah, sebagai backpacker kemungkinan sepesawat dengan para TKI besar sekali. Kita dapat bertemu mereka jika naik pesawat ‘ecek-ecek’ kelas ekonomi ke atau dari negara tujuan para TKI seperti Dubai, Bandar Sri Begawan, dan Kuala Lumpur. Kelakuan mereka membuat saya kasihan, nelangsa, sebal, sekaligus malu – mereka adalah bangsa kita juga bukan?
Dimula saat memasuki pesawat dimana mereka sering kebingungan duduk di mana sehingga berebutan menduduki kursi kosong, bahkan sering tidak mau dipisah dengan teman-temannya meski salah nomor tempat duduk. Malah ada yang cuek duduk pangku-pangkuan sampai tangannya ditarik pramugari untuk disuruh pindah. Barang bawaan mereka yang sejibun pun tidak mau ditaro di bagasi atas tempat duduk, kadang ngotot-ngototan dengan pramugari yang mau memindahkan tas mereka ke bagasi yang kosong. Saat take off, kebanyakan tidak tahu harus pasang sabuk pengaman dan menegakkan kursi, bahkan masih banyak di antara mereka yang asik berjalan-jalan ngerumpi dengan teman-temannya meskipun posisi pesawat sudah miring. Sehabis take off, mulailah keluar bau-bauan tidak menyenangkan, seperti minyak si nyong-nyong, balsem berbau pedas, dan bau-bauan menyengat lainnya. Maksudnya supaya tidak mabok, tapi tetap saja ada yang muntah-muntah.
Ketika makanan datang, sekali lagi pramugari dibuat bingung saat harus menawarkan pilihan makanan karena jawabannya adalah selalu menganggukan kepala untuk kedua jenis makanan. Berniat untuk membantu pramugari, saya sampai mengajari pramugari berkata ‘kambing’ dan ‘ayam’ untuk menawarkan pilihan makanan lamb with rice or chicken with potato. Lalu sepanjang lorong pramugari itu bertanya, “Kambing? Ayam? Kambing? Ayam?”. Hehe, lucu juga mendengar pramugari ngomong 2 kata bahasa Indonesia dengan aksen bule dan intonasi yang aneh. Yang nyebelin, entah karena tidak tahu atau bagaimana, ada di antara mereka membuang sisa makanan di lantai pesawat. Paling parah ketika salah satu dari mereka ada yang membawa camilan kacang kulit, dengan santainya dia membuang semua kulit kacang di lantai. Duh! Pernah juga ada pramugari yang naik darah memarahi TKI sambil tarik-tarikan piring karena mereka ngembat peralatan makanan (besoknya ternyata ada TKI yang nekat, lepas dari pengawasan pramugari tapi ditangkap oleh petugas boarding karena ketahuan di Sinar X dia ngembat peralatan makanan).
Toilet pun... haduh, ampun! Selain bau, masa ada yang nekat buang air kecil di lantai toilet pesawat – ada air berwarna kuning menggenang di lantai! Oh tidak! Saya pun pindah ke toilet lain yang keadaannya tidak lebih baik, ada ceceran kotoran di mana-mana! Huek! Lepas dari persoalan makanan dan toilet, saya pikir keadaan akan lebih tenang. Penerbangan yang memakan waktu lama dimanfaatkan mereka untuk menggunakan fasilitas personal TV. Namun karena tidak tahu bagaimana cara menyalakan video dan mencari channel, mereka sibuk memencet-mencet tombol remote. Favorit mereka adalah menonton film India dengan volume yang keras sampai saya bisa mendengarnya lewat headset mereka. Parahnya lagi, mereka tertawa-tawa dengan suara kencang dan bertepuk tangan ketika jagoannya menang. Halah, saya mau tiduuur!
Karena saya jadi tidak bisa tidur, saya mencari hiburan sendiri dengan menguping pembicaraan di antara mereka. Di sebelah saya ada 2 orang perempuan, yang satu perempuan yang masih polos dan lugu, yang satu lagi perempuan yang berdandan (gincu merah, bedak kuning tebal, baju ketat warna ngejreng, celana jeans bermanik-manik, dan sepatu hak ulekan). Si dandan berkata kepada si polos, “Suamiku itu orang Yemen, uh orangnya cemburuaaan banget. Sering loh dia nelponin suamiku di kampung dan marah-marah. Lah wong saya sekarang mau pulang aja, dia nggak ngebolehin aku duduk sama cowok di pesawat. Hihihi...hihihi....”. Lalu si polos ikutan terkikik, “Hihihi... hihihi...” Meskipun topiknya tidak penting tapi hihi-hihi itu berlangsung lama sampai saya akhirnya beneran ketiduran...
Dimula saat memasuki pesawat dimana mereka sering kebingungan duduk di mana sehingga berebutan menduduki kursi kosong, bahkan sering tidak mau dipisah dengan teman-temannya meski salah nomor tempat duduk. Malah ada yang cuek duduk pangku-pangkuan sampai tangannya ditarik pramugari untuk disuruh pindah. Barang bawaan mereka yang sejibun pun tidak mau ditaro di bagasi atas tempat duduk, kadang ngotot-ngototan dengan pramugari yang mau memindahkan tas mereka ke bagasi yang kosong. Saat take off, kebanyakan tidak tahu harus pasang sabuk pengaman dan menegakkan kursi, bahkan masih banyak di antara mereka yang asik berjalan-jalan ngerumpi dengan teman-temannya meskipun posisi pesawat sudah miring. Sehabis take off, mulailah keluar bau-bauan tidak menyenangkan, seperti minyak si nyong-nyong, balsem berbau pedas, dan bau-bauan menyengat lainnya. Maksudnya supaya tidak mabok, tapi tetap saja ada yang muntah-muntah.
Ketika makanan datang, sekali lagi pramugari dibuat bingung saat harus menawarkan pilihan makanan karena jawabannya adalah selalu menganggukan kepala untuk kedua jenis makanan. Berniat untuk membantu pramugari, saya sampai mengajari pramugari berkata ‘kambing’ dan ‘ayam’ untuk menawarkan pilihan makanan lamb with rice or chicken with potato. Lalu sepanjang lorong pramugari itu bertanya, “Kambing? Ayam? Kambing? Ayam?”. Hehe, lucu juga mendengar pramugari ngomong 2 kata bahasa Indonesia dengan aksen bule dan intonasi yang aneh. Yang nyebelin, entah karena tidak tahu atau bagaimana, ada di antara mereka membuang sisa makanan di lantai pesawat. Paling parah ketika salah satu dari mereka ada yang membawa camilan kacang kulit, dengan santainya dia membuang semua kulit kacang di lantai. Duh! Pernah juga ada pramugari yang naik darah memarahi TKI sambil tarik-tarikan piring karena mereka ngembat peralatan makanan (besoknya ternyata ada TKI yang nekat, lepas dari pengawasan pramugari tapi ditangkap oleh petugas boarding karena ketahuan di Sinar X dia ngembat peralatan makanan).
Toilet pun... haduh, ampun! Selain bau, masa ada yang nekat buang air kecil di lantai toilet pesawat – ada air berwarna kuning menggenang di lantai! Oh tidak! Saya pun pindah ke toilet lain yang keadaannya tidak lebih baik, ada ceceran kotoran di mana-mana! Huek! Lepas dari persoalan makanan dan toilet, saya pikir keadaan akan lebih tenang. Penerbangan yang memakan waktu lama dimanfaatkan mereka untuk menggunakan fasilitas personal TV. Namun karena tidak tahu bagaimana cara menyalakan video dan mencari channel, mereka sibuk memencet-mencet tombol remote. Favorit mereka adalah menonton film India dengan volume yang keras sampai saya bisa mendengarnya lewat headset mereka. Parahnya lagi, mereka tertawa-tawa dengan suara kencang dan bertepuk tangan ketika jagoannya menang. Halah, saya mau tiduuur!
Karena saya jadi tidak bisa tidur, saya mencari hiburan sendiri dengan menguping pembicaraan di antara mereka. Di sebelah saya ada 2 orang perempuan, yang satu perempuan yang masih polos dan lugu, yang satu lagi perempuan yang berdandan (gincu merah, bedak kuning tebal, baju ketat warna ngejreng, celana jeans bermanik-manik, dan sepatu hak ulekan). Si dandan berkata kepada si polos, “Suamiku itu orang Yemen, uh orangnya cemburuaaan banget. Sering loh dia nelponin suamiku di kampung dan marah-marah. Lah wong saya sekarang mau pulang aja, dia nggak ngebolehin aku duduk sama cowok di pesawat. Hihihi...hihihi....”. Lalu si polos ikutan terkikik, “Hihihi... hihihi...” Meskipun topiknya tidak penting tapi hihi-hihi itu berlangsung lama sampai saya akhirnya beneran ketiduran...